Bisnis.com, JAKARTA - Indeks harga konsumen (IHK) inti Jepang diketahui melambat pada Juli 2023. Ekspektasi semakin kuat bahwa bank sentral Jepang (BOJ) tidak akan terburu-buru menghentikan pelonggaran moneter.
Mengutip Reuters, Jumat (18/8/2023) IHK inti naik 3,1 persen Juli 2023 secara tahunan (year-on-year/yoy), mencakup produk minyak, tetapi tidak termasuk harga makanan segar sesuai dengan perkiraan pasar.
Angka tersebut menyusul kenaikan 3,3 persen pada Juni 2023. Data inflasi ini bertahan di atas target inflasi BOJ sebesar 2 persen selama 16 bulan berturut-turut.
Kemudian, indeks inflasi inti yang mengesampingkan makanan dan energi, serta dipantau dengan cermat oleh BOJ sebagai pengukur tren inflasi lebih baik, naik 4,3 persen secara tahunan (yoy) pada Juli 2023, meningkat dari Juni 2023.
Bank sentral berpendapat bahwa tekanan upah belum cukup kuat untuk menjamin perubahan baru pada kebijakan moneter yang sangat longgar.
Namun, para analis berpendapat bahwa akselerasi dalam inflasi yang dipimpin oleh jasa adalah tanda positif bahwa inflasi dari sisi permintaan yang ingin didorong BOJ mungkin telah meningkat.
"Data ini mengkonfirmasi bahwa tekanan harga meningkat di sektor jasa seperti akomodasi dan juga makanan, sementara inflasi impor termasuk energi mulai menurun," jelas kepala ekonom di Norinchukin Research Institute Takeshi Minami.
Namun, ekonom di Capital Economics Gabriel Ng mengatakan bahwa pertanyaan kuncinya apakah inflasi jasa dapat mengambil alih.
Menimbang biaya tenaga kerja yang hampir tak naik dan belanja konsumen goyah karena pendapatan rill turun tajam, dia ragu bahwa hal tersebut akan terjadi.
"Oleh karena itu, kami masih memperkirakan Bank of Japan akan mempertahankan suku bunga kebijakan jangka pendeknya tidak berubah di masa mendatang,” jelasnya.
Dapat diketahui bahwa biaya makanan adalah salah satu kontributor utama terhadap inflasi secara keseluruhan karena kenaikan harga bahan baku.
Data inflasi tersebut muncul setelah pertemuan kebijakan BOJ, di mana bank sentral mengubah kebijakan moneter untuk memungkinkan batas imbal hasil obligasi 10 tahun bergerak lebih fleksibel.
Gubernur BOJ yakni Kazuo Ueda juga menekankan perlunya untuk mempertahankan kebijakan sangat longgar. Menurutnya, hal ini perlu agar inflasi yang didorong oleh biaya, bergeser menjadi inflasi yang didorong oleh permintaan domestik yang kuat dan pertumbuhan upah yang lebih tinggi.