Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen buka-bukaan mengenai dampak dari perlambatan ekonomi China terhadap perekonomian AS.
Melansir Bloomberg, Selasa (15/8/2023), Yellen mengatakan perlambatan ekonomi China sebagai “faktor risiko” bagi perekonomian AS, namun tidak secara signifikan mengurangi optimisme terhadap ekonomi Negeri Paman Sam tersebut.
"Perlambatan China akan memiliki dampak terbesar pada tetangganya di Asia, tetapi akan ada sejumlah riak terhadap [ekonomi] AS," ucap Yellen kepada para wartawan setelah pidato pencapaian kebijakan ekonomi AS di Las Vegas, Selasa (15/8/2023).
Komentar Yellen terkait China muncul beberapa hari setelah Presiden Joe Biden mengecam masalah ekonomi Negeri Panda tersebut sebagai “bom waktu yang terus berdetak”. Biden juga mengatakan bahwa para pemimpin Partai Komunis sebagai “orang jahat” dan China dalam “masalah” karena pertumbuhan ekonomi yang lambat dan tingkat pengangguran yang tinggi.
Beralih ke Rusia, dalam wawancara dengan CNN pada Senin (14/8) Yellen juga berkomentar terkait dampak lanjutan perang Rusia di Ukraina terhadap ekonomi global dan AS.
Ia mengatakan bahwa keputusan Rusia baru-baru ini dalam menarik diri pada perjanjian Black Sea Grain Initiative yang mengizinkan biji-bijian Ukraina keluar dari Laut Hitam, membuat naiknya harga pangan dunia dan merugikan negara-negara miskin.
Baca Juga
Tak hanya itu, Yellen juga mengatakan bahwa Rusia juga menderita akibat perang.
“Nilai rubel telah menurun, yang merupakan cerminan dari fakta bahwa program sanksi kami dengan sekutu kami, dan perang, menyebabkan ekonomi Rusia terkuras,” jelasnya.
Dapat diketahui bahwa Bank sentral Rusia mengadakan pertemuan luar biasa yang ditetapkan pada Selasa (15/8) setelah rubel jatuh menembus level 100 terhadap dolar, untuk pertama kalinya sejak Maret 2022.
Perekonomian AS
Yellen mengutarakan bahwa ia memperkirakan perlambatan pertumbuhan untuk AS. Namun, pertumbuhannya tetap sehat, pasar kerja tetap kuat dan inflasi yang menurun.
Ia juga mengatakan bahwa pasar tenaga kerja AS secara mengejutkan tetap kuat meskipun bank sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) melakukan kampanye kenaikan suku bunga yang paling agresif dalam beberapa dekade terakhir.
Ketika Yellen ditanya soal data jajak pendapat Bloomberg yang menunjukan kebanyakan orang AS tidak merasa ekonomi berjalan dengan baik, dirinya mengatakan bahwa pandangan mereka jauh lebih positif jika ditanya keadaan mereka secara pribadi.
“Ketika orang Amerika ditanya tentang situasi keuangan pribadi mereka, 70 persen atau lebih mengatakan mereka merasa sangat baik,” jelas Yellen, dan sebaliknya, jika ditanya mengenai ekonomi secara keseluruhan masyarakat AS memiliki pandangan yang lebih lemah.