Bisnis.com, JAKARTA - Federal Reserve (The Fed) berpotensi menyetop kenaikan suku bunga acuan pada pertemuan September 2023 seiring mendinginnya data inflasi Amerika Serikat (AS) pada Juli 2023.
Mengutip Bloomberg pada Kamis (10/8/2023) Biro Statistik Tenaga Kerja Amerika Serikat (AS) melaporkan inflasi atau indeks harga konsumen (IHK) inti pada Juli 2023, yang tidak termasuk biaya makanan dan energi, naik 0,2 persen dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mom).
Presiden The Fed untuk San Fransisco Mary Daly, dalam wawancaranya dengan Yahoo! Finance, mengatakan bahwa data inflasi AS Juli 2023 memberikan kabar baik.
“[Data] datang sebagian besar seperti yang diharapkan, dan itu adalah kabar baik,” jelasnya, seperti dikutip Bloomberg, Jumat (11/8).
Namun, Daly mengungkapkan bahwa titik data tersebut menunjukan kemenangan AS dalam melawan inflasi. Dia mengungapkan bahwa masih banyak pekerjaan yang perlu dilakukan dan The Fed berkomitmen penuh dengan tegas untuk menurunkan inflasi ke target 2 persen.
Para pejabat The Fed telah terpecah dalam bagaimana sikap selanjutnya dari saat ini. Satu faksi dari komite penetapan kebijakan The Fed berpendapat bahwa kenaikan suku bunga sudah ‘melakukan tugasnya’.
Baca Juga
Namun, kelompok lain berpendapat bahwa berhenti terlalu cepat dapat menimbulkan risiko inflasi kembali meningkat.
Sebelumnya pada Juni 2023, The Fed telah mempertahankan suku bunganya stabil untuk pertama kalinya sejak mulai naiknya suku bunga pada Maret 2022. Sementara itu, The Fed juga memperkirakan adanya dua kali kenaikan tahun ini.
Kenaikan pertama sendiri sudah dilakukan pada Juli 2023. Meski demikian, masih belum diketahui dengan jelas apakah akan ada kenaikan kedua.
Awal minggu ini, Gubernur The Fed Michelle Bowman menegaskan kembali pandangannya bahwa bank sentral AS mungkin perlu menaikkan suku bunga lebih lanjut untuk memulihkan stabilitas harga.
Sementara itu, Presiden The Fed untuk Philadelphia, Patrick Harker, mengatakan bahwa para pejabat mengatakan bahwa para pejabat mungkin akan mempertahankan suku bunga.
Kepala ekonom di Renaissance Macro Research LLC., Neil Dutta, mengatakan bahwa The Fed mungkin tetap membuka opsi kenaikan suku bunga, karena potensi akselerasi ulang dalam ekonomi AS.
“Saya rasa The Fed belum melakukan cukup. Ada risiko bahwa The Fed menepuk punggungnya sendiri pada akhir tahun hanya untuk menyaksikan inflasi berpotensi naik kembali," Ucap Dutta.