Bisnis.com, JAKARTA - PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT) diketahui memiliki portofolio kredit jumbo pada sejumlah industri perbankan termasuk terhadap pada sejumlah bank pelat merah. Seiring dengan hal tersebut, perseroan melaporkan bahwa saat ini pihaknya tengah melaksanakan program transformasi.
Untuk diketahui sebelumnya, mengulik laporan keuangan perseroan, sepanjang tahun berjalan (year-to-date/ytd) WSKT mencatatkan total liabilitas meningkat 0,38 persen menjadi Rp84,31 triliun per Juni 2023 dari posisi pada Desember 2022 sebesar Rp83,98 triliun.
Di mana, portofolio utang bank jangka panjang menjadi yang paling jumbo mencapai Rp46,14 triliun. Dengan rincian, utang bank jangka panjang pada pihak berelasi Rp27,57 triliun dan pihak ketiga Rp18,56 triliun.
Seiring dengan hal tersebut, Direktur Utama Waskita Karya, Mursyid menjelaskan bahwa waskita terus berkomitmen melaksanakan transformasi. Salah satunya dengan meningkatkan manajemen risiko konstruksi dengan jauh lebih selektif dalam memilih proyek.
"Saat ini Perseroan sangat selektif dalam memilih proyek terutama dalam hal kepastian pembayaran, terdapat uang muka dan monthly payment serta sudah melalui Komite Manajemen Risiko Konstruksi sehingga harapannya proyek–proyek yang didapatkan oleh Waskita dapat berjalan dengan lancar dan tepat waktu dan memberikan dampak positif bagi kinerja perusahaan,” kata Mursyid dalam keterangan resmi, Rabu (9/8/2023).
Selain itu, Waskita juga mengusung tiga pilar yaitu Portfolio & Innovation, Lean dan Digitalisasi. Di mana, konsep lean dan digitalisasi diusung agar perseroan mampu menjalankan bisnisnya dengan efektif dan efisien sehingga dapat mengurangi biaya-biaya yang tidak diperlukan.
Baca Juga
Sementara itu, Mursyid juga menambahkan digitalisasi sangat penting dilakukan guna membentuk peningkatan implementasi tata kelola perusahaan yang baik, terutama dalam hal transparansi. Penerapan digitalisasi meliputi implementasi SAP, ERP dan BIM.
“Penerapan digitalisasi SAP (System Analysis and Product in Data Processing) dan ERP (Enterprise Resource Planning) yang tujuannya supaya semua beban biaya bisa lebih terkontrol dan transparan karena sistem yang terintegrasi secara realtime. Perseroan juga melakukan penerapan BIM di setiap proyek dan mampu bekerja dengan sangat efisien sehingga pekerjaan proyek bisa selesai lebih cepat,” ungkap Mursyid.