Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) menolak keras rencana Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) menggandeng Malaysia Derivatives Exchange (MDEX) dalam meluncurkan bursa CPO karena takut kalah saing.
Ketua Umum Apkasindo, Gulat Manurung, menyatakan bahwa protes terhadap rencana kerja sama tersebut datang dari petani di Aceh hingga Papua.
"Ini sangat menyakiti kami petani sawit, di saat kami sangat mengharapkan bursa CPO segera tayang," ujar Gulat saat dihubungi, Senin (7/8/2023).
Apkasindo memandang bahwa pembentukan bursa CPO merupakan amanat Presiden Joko Widodo (Jokowi) terhadap Menteri Perdagangan agar dapat menciptakan price reference (harga referensi) CPO Indonesia secara mandiri. Sebagaimana diketahui, selama ini harga CPO Indonesia ditentukan berdasarkan harga MDEX di Malaysia.
"Kami petani sawit bersikeras mengatakan bahwa bursa CPO Indonesia ini bukan sekadar untung dan rugi tapi rasa nasionalis semua stakeholder sawit," kata Gulat.
Melalui bursa CPO, nantinya harga CPO akan menjadi acuan harga beli tandan buah segar (TBS) kelapa sawit petani di pabrik kelapa sawit. Adapun di hilir, lanjut Gulat, harga CPO yang terbentuk di bursa akan menjadi harga patokan ekspor yang transparan.
Baca Juga
Menurutnya, manfaat bursa CPO bukan hanya untuk keperluan ekspor, tapi juga memungkinkan transaksi CPO untuk keperluan domestik.
Dia membeberkan, sudah jadi rahasia umum selama ini berbagai perusahaan asing dan domestik hilir mudik membeli CPO, tapi tidak disertai fisik barangnya. Di saat bersamaan, Gulat mengatakan harga CPO domestik malah anjlok dan berdampak ke harga TBS petani.
"Dengan bursa ini semua bisa jualan dan membeli, enggak ada yang ditutup-tutupi lagi," tutur Gulat.
Diberitakan Bisnis sebelumnya, Minggu (3/8/2023), Kepala Bappebti, Didid Noordiatmoko, mengatakan rencana kolaborasi pemerintah Indonesia dengan MDEX untuk membentuk bursa berjangka CPO telah disampaikan oleh Indonesia kepada Malaysia sejak Mei 2023.
Menurut Didid, bursa CPO bakal menjadi yang pertama di Indonesia dan tidak dalam posisi bersaing dengan MDEX. Pasalnya, Bappebti menilai MDEX telah ada sejak puluhan tahun dengan pengalaman yang segudang.
Persaingan dianggap hanya akan membuat bursa CPO Indonesia nantinya kalah dan hancur. Oleh karena itu, pemerintah lebih memilih jalan aman dengan menggandeng MDEX.
"Kami enggak mungkin saingan dengan MDEX. Mati kita kalau saingan dengan MDEX, pasti kita kalah lah, mereka sudah jalan 20 tahun lebih," ujar Didid.
Sebagai informasi, peluncuran bursa CPO Indonesia telah molor dari target sebelumnya yakn Juni 2023. Bappebti berdalih melencengnya peluncuran bursa CPO dari target lantaran pihaknya mengutamakan prinsip kehati-hatian dalam merancang kebijakan ekspor melalui bursa CPO tersebut.