Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menhub Budi Pastikan Tikungan LRT Sudah Optimal: Itu Solusi Desain

Menhub Budi Karya Sumadi menilai bahwa jembatan lengkung bentang panjang (longspan) yang menghubungka
Rangkaian kereta Lintas Rel Terpadu (LRT) melintasi jembatan lengkung di kawasan Jl. Gatot Subroto, Jakarta, Rabu (2/8/2023). Bisnis/Arief Hermawan P
Rangkaian kereta Lintas Rel Terpadu (LRT) melintasi jembatan lengkung di kawasan Jl. Gatot Subroto, Jakarta, Rabu (2/8/2023). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi menilai bahwa jembatan lengkung bentang panjang (longspan) LRT yang menghubungkan Gatot Subroto (Gatsu) dan Kuningan bukan merupakan kesalahan desain.

Menurutnya meskipun terdapat kekurangan yang ada dalam proyek tersebut, tetapi Budi meyakini bahwa tikungan tersebut merupakan desain optimal telah dilakukan oleh perancang. Namun, pemerintah akan secara berkala akan terus melakukan evaluasi ke depannya.

“Saya tak bisa ngomong salah dan benar, tetapi itu solusi desain yang optimum, saya tak katakan itu maksimum. Jadi kalau saya, saya bisa katakan tidak salah, tetapi merupakan solusi desain,” ujarnya di kompleks Istana Kepresidenan, Kamis (3/8/2023).

Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa setiap perencanaan desain secara umum tentunya akan menemui tantangan atau hambatan, sehingga arsitek teknisi akan mencari solusi untuk mengantisipasi kekurangan yang ada.

Budi menegaskan bahwa seharusnya masyarakat bisa melihat sisi positif lain bahwa jembatan lengkung LRT itu dirancang oleh anak bangsa yaitu Arvilla Delitriana, wanita lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) pada 1989.

Bahkan, di atas flyover tol dalam kota yang berada di ruas Kuningan yang membentang sepanjang 148 meter dan memiliki radius lengkung 115 meter serta menggunakan beton seberat 9.688,8 ton itu sempat diganjar rekor Museum Rekor-Dunia Indonesia (Muri) karena berhasil membuat jembatan terpanjang di Indonesia bahkan mungkin di dunia, terlebih kontruksinya dikerjakan oleh para teknisi anak bangsa.

Selain itu, dia mengatakan apabila kecepatan melaju LRT harus dikurangi setiap melewati tikungan, menurutnya hal tersebut adalah kondisi wajar karena terjadi di setiap moda serupa di dunia.

“Itu tak di Indonesia saja [mengurangi kecepatan di tikungan], tetapi di seluruh dunia, kalau ada tikungan harus pelan. Namun, untuk jaminan, inshaAllah aman,” katanya.

Dia melanjutkan bahwa sejauh ini kecepatan rata-rata dari kereta besi itu melaju hingga 80 km per jam, tetapi di setiap titik tikungan ada penurunan kecepatan hingga 40 km per jam.

Dia mengaku bahwa pemerintah juga menargetkan agar waktu tempuh dari Stasiun Harjamukti hingga Stasiun Dukuh Atas dapat dicapai hanya dalam kurun 43 menit.

“Saat ini rambu-rambu yang harus dipenuhi adalah kenyamanan, keamanan, dan ketepatan waktu. Jadi kalau nanti kita targetkan 43 menit, maka ya 43 menit, tak boleh goyang. Mau di [tikungan] situ [kecepatan menurun jadi] 20 km/jam atau 40 km/jam, tetapi harus dikompensasi pada jarak-jarak yang lain,” pungkas Budi.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Akbar Evandio
Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper