Bisnis.com, JAKARTA - PT Aneka Tambang Tbk. atau Antam (ANTM) masih melakukan negosiasi dengan LG Energy Solution Ltd (LGES) terkait kepastian investasi dalam proyek hilirisasi bijih nikel terintegrasi dari hulu ke hilir menjadi baterai listrik.
Sekretaris Perusahaan Antam Syarif Faisal Alkadrie mengatakan bahwa saat ini negosiasi antara keduanya yang akan bermitra dalam proyek Titan dengan nilai investasi sekitar US$8 miliar atau setara dengan Rp122,79 triliun itu masih berjalan.
“Dapat disampaikan bahwa terkait dengan LGES saat ini proses diskusi masih berjalan,” kata Faisal saat dihubungi Bisnis, Kamis (3/8/2023).
Faisal enggan mendetailkan perkembangan negosiasi yang tengah berjalan. Dia hanya mengatakan, hasil dari kerja sama tersebut nantinya akan disampaikan setelah adanya keterbukaan informasi dari perseroan.
“Untuk detail perkembangan kerja sama tersebut akan disampaikan ketika perusahaan melakukan keterbukaan informasi,” ujarnya.
Di hulu proyek baterai, Antam sebagai salah satu pemegang saham Indonesia Battery Corporation (IBC), akan mendivestasikan 49 persen sahamnya di dua konsesi tambang nikel milik anak usahanya kepada dua mitra global, salah satunya LG.
Baca Juga
Sebelumnya, Antam menargetkan perjanjian jual beli saham bersyarat atau conditional share purchase agreement (CSPA) dengan LG dapat rampung tahun ini. Penandatanganan CSPA ini merupakan tahapan krusial lantaran akan memastikan komitmen investasi LG hingga hilir proyek baterai.
Diberitakan sebelumnya, Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Kementerian Investasi/BKPM Nurul Ichwan menuturkan bahwa kepastian investasi perusahaan asal Korea Selatan itu di proyek baterai dalam negeri akan dibahas dalam sebuah pertemuan yang digelar pada siang ini.
“Kita tunggu pertemuan siang ini, ya,” kata Nurul saat dihubungi Bisnis, Kamis (3/8/2023).
Sebelumnya, negosiasi LG dengan IBC sempat terhenti. LG dikabarkan sempat ingin menarik komitmen investasi di usaha patungan IBC pada sisi hilir proyek baterai setelah implementasi Undang-Undang (UU) Penurunan Inflasi atau Inflation Reduction Act (IRA) Amerika Serikat awal tahun ini.
LG disebutkan tidak tertarik untuk berinvestasi lebih lanjut hingga tingkat pabrikan baterai listrik seperti yang ditawarkan dalam perjanjian usaha patungan bersama IBC. Bahkan, LG menyerahkan negosiasi kepada rekanan konsorsium mereka Huayou Holding.
“Kami dapat informasi dari Aneka Tambang [Antam] bahwa LG itu masih belum jelas statusnya, tapi LG mendorong anggota konsorsiumnya Huayou untuk melanjutkan diskusi dan negosiasi,” kata Direktur Utama MIND ID Hendi Prio Santoso saat rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VII, Senin (6/2/2023).
Kendati demikian, Hendi menilai negosiasi yang berlanjut bersama dengan Huayou itu belakangan tidak seimbang dari kesepakatan yang tertuang dalam perjanjian usaha patungan awal.
Dia beralasan rekanan konsorsium LG itu tidak memiliki keahlian serta pengalaman untuk pabrikan baterai kendaraan listrik. Alasannya, portofolio Huayou lebih banyak pada pengembangan smelter.
“Kami masih menginginkan adanya konsorsium yang lengkap sampai ke EV manufacturer-nya, sedangkan Huayou kan bergerak hanya di pengembangan smelter,” tuturnya.
Konsorsium LG lewat HoA yang ditandatangani pada awal 2021 lalu menggandeng beberapa rekanan produsen dan manufaktur yang mayoritas berbasis di Korea Selatan, seperti LG Energy Solution, LG Chem, LG Internasional, dan Posco, sementara satu mitra mereka berasal dari China, yakni Huayou Holding.