Bisnis.com, JAKARTA - Kepastian investasi LG Energy Solution Ltd (LGES) dalam proyek baterai listrik terintegrasi dari hulu ke hilir di Indonesia akan ditentukan pada hari ini, Kamis (3/8/2023).
Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Kementerian Investasi/BKPM Nurul Ichwan menuturkan bahwa rencana investasi penghiliran bijih nikel dari perusahaan asal Korea Selatan itu akan dibahas dalam sebuah pertemuan yang digelar pada siang ini.
“Kita tunggu pertemuan siang ini, ya,” kata Nurul saat dihubungi Bisnis, Kamis (3/8/2023).
Akan tetapi, Nurul tidak menjabarkan secara detail terkait waktu dan bahasan pertemuan, serta pihak mana saja yang akan ikut dalam pertemuan tersebut.
Diberitakan sebelumnya, Indonesia Battery Corporation (IBC) masih optimistis LG Group tidak mundur dari konsorsium proyek pengembangan baterai listrik di Indonesia.
Direktur Utama IBC Toto Nugroho mengatakan bahwa akan ada pengumuman terkait dengan kerja sama LG di proyek baterai pada hari ini.
Baca Juga
“Itu tanggal 3 [Agustus], ada pengumuman dari Badan Kordinasi Penanaman Modal (BKPM),” ujar Toto saat ditemui di Grand Sahid, Selasa (1/8/2023) sore.
Sebelumnya, negosiasi LG dengan IBC sempat terhenti. LG dikabarkan sempat ingin menarik komitmen investasi di usaha patungan IBC pada sisi hilir proyek baterai setelah implementasi Undang-Undang (UU) Penurunan Inflasi atau Inflation Reduction Act (IRA) Amerika Serikat awal tahun ini.
LG disebutkan tidak tertarik untuk berinvestasi lebih lanjut hingga tingkat pabrikan baterai listrik seperti yang ditawarkan dalam perjanjian usaha patungan bersama IBC. Bahkan, LG menyerahkan negosiasi kepada rekanan konsorsium mereka Huayou Holding.
“Kami dapat informasi dari Aneka Tambang [Antam] bahwa LG itu masih belum jelas statusnya, tapi LG mendorong anggota konsorsiumnya Huayou untuk melanjutkan diskusi dan negosiasi,” kata Direktur Utama MIND ID Hendi Prio Santoso saat rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VII, Senin (6/2/2023).
Kendati demikian, Hendi menilai negosiasi yang berlanjut bersama dengan Huayou itu belakangan tidak seimbang dari kesepakatan yang tertuang dalam perjanjian usaha patungan awal.
Dia beralasan rekanan konsorsium LG itu tidak memiliki keahlian serta pengalaman untuk pabrikan baterai kendaraan listrik. Alasannya, portofolio Huayou lebih banyak pada pengembangan smelter.
“Kami masih menginginkan adanya konsorsium yang lengkap sampai ke EV manufacturer-nya, sedangkan Huayou kan bergerak hanya di pengembangan smelter,” tuturnya.
Konsorsium LG lewat HoA yang ditandatangani pada awal 2021 lalu menggandeng beberapa rekanan produsen dan manufaktur yang mayoritas berbasis di Korea Selatan, seperti LG Energy Solution, LG Chem, LG Internasional, dan Posco, sementara satu mitra mereka berasal dari China, yakni Huayou Holding.
Saat itu, Konsorsium LG berkomitmen untuk berinvestasi sekitar US$8 miliar atau setara dengan Rp122,79 triliun pada penghiliran bijih nikel menjadi baterai listrik lewat Proyek Titan.