Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

LRT Jabodebek Salah Desain? MTI: Longspan Sudah Lolos Rekomendasi

Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) menyebut longspan proyek LRT Jabodebek yang dinilai salah desain sudah mendapat rekomendasi dari Kementerian PUPR.
Sebanyak 19 trainset dari total 31 trainset LRT Jabodebek telah dikirim ke Jakarta melalui stasiun Harjamukti (20/1/2021). /INKA
Sebanyak 19 trainset dari total 31 trainset LRT Jabodebek telah dikirim ke Jakarta melalui stasiun Harjamukti (20/1/2021). /INKA

Bisnis.com, JAKARTA - Pengamat transportasi merespons soal komentar Wakil Menteri BUMN, Kartika Wirjoatmodjo soal masalah proyek LRT Jabodebek. Sebagaimana diketahui, Wamen BUMN yang akrab disapa Tiko itu menyebut jembatan lengkung bentang panjang (longspan) yang menghubungkan Gatot Subroto (Gatsu) dan Kuningan salah desain.

Wakil Ketua Bidang Pemberdayaan dan Penguatan Kewilayahan, Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Djoko Setijowarno menilai pernyataan Tiko telah melecehkan Komisi Keamanan dan Jembatan dan Terowongan Jalan (KKJTJ), Kementerian PUPR. Musababnya, setiap konstruksi jembatan seharusnya sudah mendapat rekomendasi dari komisi tersebut.

"Tanpa ada rekomendasi dari mereka [KKJTJ] tidak mungkin LRT itu bisa beroperasi," ujar Djoko saat dihubungi, Rabu (2/8/2023).

Adapun ihwal kecepatan LRT saat melintasi longspan Gatsu-Kuningan yang dipermasalahkan Tiko, menurut Djoko tidak realistis. Menjadi hal wajar bila kecepatan kendaraan akan dikurangi saat melintasi berbagai tikungan atau belokan.

Sebelumnya, Tiko mengatakan seharusnya jembatan LRT Gatsu-Kuningan itu dibuat lebih lebar agar kereta dapat melaju dengan optimal. Tiko menyebut konstruksi jembatan saat ini menyebabkan LRT harus berbelok dengan kecepatan yang rendah sekitar 20 kilometer per jam saat melewati jembatan.

Djoko mengatakan seharusnya proyek LRT Jabodebek mendapat dukungan dari berbagai pihak, mengingat proyek transportasi publik modern ini menjadi yang pertama dikerjakan sendiri oleh anak bangsa.

"MRT tuh kan Jepang, ini [LRT] Indonesia baru belajar, tapi kalau enggak sekarang ya kapan lagi bangsa kita bisa? Harus optimis," tutur Djoko.

Berdasarkan catatan Bisnis.com, Rabu (2/8/2023), Wamen BUMN, Tiko juga mengomentari ihwal kurangnya koordinasi antar komponen dalam proyek LRT tersebut. Salah satunya, Tiko membeberkan bahwa pihak Siemens sempat mengeluh karena 31 rangkaian kereta LRT yang dibuat oleh Inka memiliki spesifikasi yang berbeda-beda antar kereta mulai dari dimensi, berat, kecepatan hingga pengereman.

"Akibatnya, sistem software harus diperlebar toleransinya sehingga cost-nya [biaya] pun naik," kata Tiko.

Sebagaimana diketahui, komponen proyek LRT Jabodebek terdiri dari enam komponen, antara lain PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI) di bagian prasarana; PT Industri Kereta Api (Inka) di pembangunan rangkaian kereta LRT; dan PT Len Industri (Persero) menangani persinyalan LRT.

Sementara itu, KAF bertugas di komponen permesinan kereta; PT Indosat di bagian konektivitas; serta Siemens yang bertanggung jawab di bagian pengembangan perangkat lunak [software]. Adapun proyek LRT Jabodebek dirancang dengan sistem Grade of Automation (GoA) level 3 yang memungkinkan kereta beroperasi tanpa masinis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dwi Rachmawati
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper