Bisnis.com, JAKARTA - PT Pertamina (Persero) buka suara terkait penundaan pencatatan saham perdana alias initial public offering (IPO) subholding upstream PT Pertamina Hulu Energi (PHE).
VP Corporate Communication Pertamina Fadjar Djoko Santoso menjelaskan bahwa IPO PHE tidak dilaksanakan pada saat ini karena masih perlu mencari waktu yang tepat.
“Hal ini tentunya sejalan dengan ketetapan yang disampaikan Kementerian BUMN melalui Wakil Menteri BUMN beberapa waktu lalu,” ujarnya melalui siaran pers, Jumat (28/7/2023).
Lebih lanjut, Fadjar menjelaskan, beberapa hal yang menjadi pertimbangan, di antaranya seiring dinamika kondisi pasar modal dunia dan Asia Tenggara sepanjang tahun 2023 akibat tekanan dari pengaruh resesi global.
Dari sisi makro ekonomi global, kata Fadjar, tren peningkatan suku bunga The Fed menambah beban ekonomi emerging markets untuk mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi.
Di sisi lain, harga minyak dunia (Brent) mengalami penurunan dibandingkan tahun lalu, di mana dalam beberapa bulan terakhir berada di level US$70-80 per barel dan diprediksi tetap bertahan pada level tersebut hingga 2024.
Baca Juga
"Hal ini juga menjadi faktor yang kurang mendukung pelaksanaan IPO PHE pada saat ini," katanya.
Sementara itu, dia mengatakan bahwa PHE terus melakukan aktivitas unlock value melalui peningkatan produksi migas, ekspansi global, akuisisi, studi pengembangan bisnis baru CCS/CCUS untuk memaksimalkan nilai aset dan meningkatkan produksinya.
“Strategi tersebut dijalankan untuk mendukung pencapaian target produksi nasional minyak bumi sebanyak 1 juta barel per hari [bph] dan 12 miliar gas standar kaki kubik per hari [Bscfd] pada tahun 2030 demi terjaganya ketahanan energi nasional,” ungkap Fadjar.
Fadjar menjelaskan bahwa strategi unlock value tersebut didukung dengan kondisi fundamental PHE yang kuat. Secara fundamental PHE saat ini berada dalam kondisi yang sangat baik dibuktikan dengan kinerja pada 2022 yang berhasil mencatatkan kinerja positif atas kontribusi pertumbuhan produksi migas sebesar 7 persen berbanding tahun sebelumnya serta laba bersih sebesar US$4,67 miliar.
Fadjar menambahkan bahwa PHE juga telah mendapatkan score 85,05 atau kategori sangat baik, dalam assesment GCG tahun buku 2022. Selain itu, PHE berhasil mendapatkan rating ESG rating sebesar 31.2 atau peringkat 13 dari 143 perusahaan migas di dunia.
“Adapun, dampak positif performa PHE kepada pendapatan negara tahun 2022 sebesar US$8,77 miliar yang terdiri dari pendapatan pajak dan nonpajak,” imbuhnya.
Capaian ini, menurutnya, tidak terlepas dari upaya PHE mengelola strategi utama dalam mengelola baseline produksi, meningkatkan production growth melalui rencana kerja dan merger and acquisition serta meningkatkan reserve and resource growth dengan selalu mengedepankan aspek enviromental, social, governance.