Bisnis.com, JAKARTA — Subholding Commercial & Trading PT Pertamina (Persero), PT Pertamina Patra Niaga tengah berkoordinasi dengan Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) terkait dengan kemungkinan pengusaha Pertashop (Pertamina Shop) untuk menjual BBM jenis Pertalite.
Koordinasi itu berlangsung selepas laporan pengusaha Pertashop Jawa tengah dan DIY yang mengalami kerugian akibat disparitas harga yang lebar antara Pertamax dan Pertalite sejak April 2022 lalu.
“Pertalite nonsubsidi akan kami koordinasi dengan regulator dalam hal ini BPH Migas karena ketika ada dua produk yang sama tapi harga berbeda kan juga akan membutuhkan pengawasan yang lebih,” kata Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga Irto Ginting saat ditemui di Jakarta, Senin (24/7/2023).
Adapun, Pertashop adalah lembaga penyalur Pertamina skala kecil yang disiapkan untuk melayani kebutuhan konsumen BBM nonsubsidi, LPG nonsubsidi, dan produk Pertamina ritel lainnya.
Irto mengatakan, perseroan telah menerima seluruh masukan yang disampaikan asosiasi dan paguyuban pengusaha Pertashop terkait dengan kerugian usaha bisnis ritel segmen Pertamax tersebut di sejumlah daerah.
“Beberapa Pertashop kita kerjasamakan dengan beberapa BUMN, kita kembangkan nonfuel retailnya jadi akan ada Pegadaian, Bulog, Brilink jadi selain pemasukan dari BBM mereka juga dapatkan dari nonfuel retail,” kata dia.
Baca Juga
Seperti diberitakan sebelumnya, pengusaha Pertashop Jawa Tengah dan DIY melaporkan terdapat 201 Pertashop dari 448 Pertashop mengalami kerugian signifikan sejak adanya disparitas harga yang lebar antara Pertamax dan Pertalite pada April 2022 lalu.
Ketua Paguyuban Pengusaha Pertashop Jateng dan DIY Gunadi Broto Sudarmo mengatakan, omzet bulanan yang dihimpun pengusaha turun drastis 90 persen selama lebih dari setahun akibat anomali harga Pertamax yang sebagian besar disetir oleh fluktuasi harga minyak mentah dunia saat ini.
“Setelah ada disparitas harga Pertamax dan Pertalite mulai April itu omzet langsung turun drastis, itu di harga [Pertamax] Rp12.500 per liter omzetnya 16.000 liter per bulan, berlanjut ada fluktuasi harga sampai Rp14.500, ada yang Rp13.900 [Pertamax]. Sampai sekarang di harga Rp12.500, omzet Pertashop belum bisa kembali di saat harga Pertamax Rp9.000 dan Pertalite Rp7.650 per liter,” kata Gunadi saat audiensi dengan Komisi VII DPR RI, Jakarta, Senin (10/7/2023).
Konsekuensinya, kata Gunadi, ratusan Pertashop akhirnya tutup dan merugi akibat disparitas harga Pertamax dan Pertalite yang kembali berlanjut hingga pertengahan tahun ini.
Malahan, dia mengatakan, beberapa pengusaha Pertashop belakangan khawatir atas adanya ancaman aset yang disita lantaran tidak sanggup lagi untuk membayar angusaran perbankan.
“Jumlah Pertashop dengan omzet kurang dari 200 liter per hari itu mencapai 47 persen dari keseluruhan,” kata dia.
Dengan demikian, dia meminta pemerintah untuk segera mengimplementasikan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 191 Tahun 2014 tentang Penyediaan, Pendistribusian dan Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk membatasi pembelian Pertalite yang dianggap berlebihan saat ini.