Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Investasi/Kepala Badan koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia optimistis target realisasi investasi tahun ini sebesar Rp1.400 triliun dapat tercapai, meski jelang Pemilu 2024 dan di tengah perlambatan ekonomi global.
Bahlil menyampaikan bahwa realisasi investasi pada semester pertama 2023 telah mendekati 50 persen, yaitu mencapai Rp678,7 triliun atau mencapai 48,5 persen dari target 2023.
“Sekarang realisasi kita hampir 50 persen dan biasanya peak-nya di kuartal IV,” katanya usai konferensi pers, Jumat (21/7/2023).
Bahlil juga mengharapkan dinamika politik di dalam negeri menjelang Pemilu 2024 tidak mengganggu kegiatan investasi di dalam negeri.
“Jadi Insyaallah yang penting gejolak politiknya enggak terlalu kencang. Ya kalau ada dinamika di partai, ada proses munas, ya harus baik-baik. Pilpres ya, jangan juga terlalu banyak tegang-tegang, kita santai saja, nikmati saja, politik itu kan seni,” kata dia.
Menurutnya, salah satu sektor yang tetap menjadi andalan atau sasaran investasi pada semester kedua 2023 adalah sektor pertambangan dan sektor hilirisasi lainnya.
Baca Juga
Presiden Joko Widodo (Jokowi), imbuhnya, juga menginstruksikan agar hilirisasi diperluas ke sektor atau komoditas rumput laut, perikanan, dan kayu.
“Kemarin saya ke China itu hilirisasi, di Kalimantan Utara, tahun ini jalan, jadi negara kita di tahun 2027 ini ketika semuanya sudah selesai dan produksi, gila negara ini. Contoh mulai berproduksi 2024 akhir yang mangkrak, jadi semuanya kita bangun. Ini termasuk hilirisasi di semua sektor,” tuturnya.
Adapun pada kuartal II/2023, realisasi investasi tercatat mencapai Rp349,8 triliun. Kontribusi penanaman modal asing (PMA) pada kuartal II/2023 mencapai 53,3 persen dari total investasi atau sebesar Rp186,3 triliun. Ini merupakan nilai tertinggi sejak 2019.
Berdasarkan sektornya, sektor transportasi, gudang, dan telekomunikasi menjadi sektor dengan capaian tertinggi sebesar Rp43,0 triliun, disusul oleh sektor industri logam dasar, barang logam, bukan mesin, dan peralatannya sebesar Rp42,4 triliun, kemudian pertambangan Rp37,9 triliun, perumahan, kawasan industri dan perkantoran Rp30,4 triliun, serta listrik, gas, dan air sebesar Rp25,6 triliun.
