Bisnis.com, JAKARTA – Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan perekonomian Indonesia berpotensi melambat pada sisa tahun ini terlihat dari tren neraca perdagangan Indonesia sepanjang paruh pertama 2023.
Mengacu pada data Badan Pusat Statistik (BPS), di mana surplus neraca perdagangan hanya tercatat sebesar US$19,93 miliar, turun 20,24 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy), sebesar US$24,99 miliar.
“Penurunan kinerja ekspor pada 2023 disebabkan oleh penurunan harga komoditas serta perlambatan ekonomi negara mitra dagang, seperti China dan juga negara-negara Eropa,” ungkapnya, Kamis (20/7/2023).
Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari–Juni 2023 mencapai US$128,66 miliar atau turun 8,86 persen dibanding periode yang sama pada 2022 (yoy). Sementara ekspor nonmigas mencapai US$120,82 miliar atau turun 9,32 persen.
Sejalan dengan hal tersebut, total nilai impor sepanjang semester I/2023 juga tercatat turun sebesar 6,42 persen (yoy) atau setara US$108,73 miliar.
Meski melemah, baik ekspor maupun impor, Indonesia masih mencatatkan keuntungan sebesar US$19,93 miliar.
Baca Juga
Investasi Melambat
Sementara itu, Josua menyebutkan bahwa potensi perlambatan ekonomi dalam negeri juga tampak dari kinerja investasi yang diproyeksikan melambat.
“Penurunan investasi bangunan cenderung stagnan dibandingkan dengan periode sebelumnya, tercermin dari penjualan semen yang terkontraksi pada kumulatif Mei 2023,” tambahnya.
Penurunan sisi konstruksi pembangunan tersebut memberikan andil terhadap melambatnya pembangunan infrastruktur sepanjang 2023.
Josua menambahkan adanya perlambatan investasi ini juga diakibatkan oleh potensi tertahannya investasi asing ke Indonesia menjelang Pemilu, dengan tren mengarah ke situasi wait and see.
Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal mencatat realisasi investasi pada kuartal I/2023 mencapai Rp328,9 triliun, naik 16,5 persen (yoy). Angka tersebut baru mencakup 23,5 persen dari target 2023 sebesar Rp1.400 triliun.
Untuk itu, Josua memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 akan melambat menjadi 4,9 persen – 5,0 persen. Di bawah target pemerintah sebesar 5,3 persen.
Josua melihat konsumsi dari sektor lembaga non-profit rumah tangga (LNPRT) yang akan menjadi penopang terhadap pertumbuhan ekonomi 2023, terutama dengan adanya persiapan Pemilu 2024.