Bisnis.com, JAKARTA - Rusia menghentikan Kesepakatan Biji-Bijian Laut Hitam (Black Sea Grain Initiative) pada Senin (17/7/2023) yang ditengahi PBB dan memungkinkan Ukraina mengekspor biji-bijian. Lantas bagaimana dampaknya?
Tindakan Rusia dalam menghentikan Kesepakatan Biji-Bijian Laut Hitam dapat menyebabkan kekhawatiran di negara-negara miskin bahwa kenaikan harga akan membuat makanan menjadi tidak terjangkau.
"Sayangnya, bagian dari perjanjian Laut Hitam terkait Rusia sejauh ini belum dilaksanakan, sehingga efeknya dihentikan," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov yang dikutip dari Reuters, Selasa (18/7).
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres juga mengatakan bahwa keputusan hari ini, Selasa (18/7) akan memukul orang-orang yang membutuhkan dimana-mana.
Guterres juga mengisyaratkan bahwa dengan penarikan Rusia ini maka pakta terkait untuk membantu ekspor biji-bijian dan pupuk Rusia juga dihentikan.
Kesepakatan biji-bijian Laut Hitam sendiri awalnya dapat membantu menurunkan harga pangan global dan memungkinkan lembaga bantuan mengakses ratusan ribu ton makanan pada saat kebutuhan meningkat dan dana langka.
Baca Juga
Contohnya, di ibu kota Somalia, Mogadishu, harga gandum yang naik dua kali lipat ketika Rusia menginvasi Ukraina turun seperempatnya setelah kesepakatan ditandatangani.
Dampak Bagi Afrika Dapat Meningkat
Sebagai catatan, Ukraina dan Rusia adalah beberapa pengekspor terbesar di dunia dalam biji-bijian dan bahan makanan lain. Gangguan apapun dapat berdampak pada naiknya harga pangan di seluruh dunia.
Direktur darurat di Afrika Timur untuk Komite Penyelamatan Internasional (IRC), Shashwat Saraf, mengatakan dampaknya akan sangat besar di Somalia, Ethiopia dan Kenya lantaran telah menghadapi kekeringan terburuk di Tanduk Afrika dalam beberapa dekade.
Pada hari Senin (17/7) di ibu kota Somalia, Mogadishu, mengatakan bahwa kesibukan untuk menimbun sudah berlangsung.
"Sekarang saya harus membeli lebih banyak karung gandum sebelum pedagang terbesar menaikkan harganya. Jika tidak, pelanggan miskin kami tidak mampu membeli makanan mahal seperti gandum," kata penjaga toko Mohamed Osman.
Safar mengatakan bahwa di luar dampak langsung berkurangnya pasokan dari Ukraina, salah satu pemasok pemasok biji-bijian terbesar di dunia dan ketidakstabilan di pasar global mungkin dapat menyebabkan negara-negara dengan surplus moderat menahan ekspor.
Negara-negara yang lebih kaya juga dapat merasakan kesulitan. Kesepakatan tersebut sebelumnya menguntungkan Mesir, yang biasanya menjadi importir terbesar gandum terbesar di dunia.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengangkat kemungkinan untuk melanjutkan ekspor biji-bijian tanpa partisipasi Rusia.
Zelensky juga menyarankan Kyiv mencari dukungan Turki untuk secara efektif meniadakan blokade de facto Rusia yang diberlakukan tahun lalu.
Kemudian, Zelensky juga mengatakan bahwa Ukraina, PBB dan Turki bersama-sama dapat memastikan pengoperasian koridor makanan dan inspeksi kapal.
"[Dunia] memiliki kesempatan untuk menunjukkan bahwa pemerasan tidak diizinkan ... Kita semua harus memastikan keamanan, perlindungan dari kegilaan Rusia."