Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Prediksi Kinerja Impor Bakal Anjlok Meskipun Jelang Pemilu 2024

Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) memperkirakan kinerja impor masih akan tetap lesu meskipun jelang pesta demokrasi Pemilu 2024.
Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) memperkirakan kinerja impor masih akan tetap lesu meskipun jelang pesta demokrasi Pemilu 2024. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) memperkirakan kinerja impor masih akan tetap lesu meskipun jelang pesta demokrasi Pemilu 2024. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Ketua Umum Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI), Subandi memperkirakan kinerja impor masih akan tetap lesu meskipun jelang pesta demokrasi 2024.

Sebagaimana diketahui nilai impor pada Juni 2023 yang dicatat Badan Pusat Statistik (BPS) sebesar US$17,15 miliar mengalami penurunan 19,4 persen month to month (mtm) atau turun 18,35 persen year on year (yoy).

"Prediksi Agustus ini juga masih akan terjadi penurunan," ujar Subandi saat dihubungi, Selasa (18/7/2023).

Revisi Peraturan Pemerintah (PP) No.28/2021 yang mandek pun dianggap sebagai salah satu biang kerok penghambat aktivitas importir umum. Subandi menuding pemerintah sengaja membiarkan kondisi seperti itu berlarut-larut.

Padahal, di satu sisi banyak perusahaan yang berkaitan dengan impor umum beresiko gulung tikar karena produksinya terhenti karena kesulitan mendapat bahan baku. Adapun sejumlah komoditas yang terdampak impornya akibat kebijakan yang tidak tuntas tersebut di antaranya baja dan turunannya, serta ban untuk industri pertambangan dan otomotif.

Sebagaimana diketahui, dengan adanya PP No.28/2021 maka impor produk ban, besi dan turunannya hanya bisa diimpor oleh importir produsen, alih-alih diimpor oleh importir umum.

"Akan banyak perusahaan manufaktur dan tambang besar yang gulung tikar. Selama ini mereka mendapatkan pasokan kebutuhannya dari importir umum," tutur Subandi.

Sebelumnya, berdasarkan catatan Bisnis.com, Rabu (13/7/2023), GINSI memperkirakan transaksi yang hilang dari tersendatnya aktivitas importir umum mencapai lebih dari Rp1 triliun per bulan.

Sementara para perusahaan yang bergantung pada impor komoditas tersebut sebagian sudah berhenti beroperasi selama kurang lebih tujuh bulan.

Laporan BPS mencatat anjloknya nilai impor disebabkan adanya penurunan impor golongan bahan baku atau bahan penolong sebesar 19,24 persen atau senilai US$2.944 juta.

Selanjutnya, penurunan nilai impor juga diikuti oleh barang modal sebesar US$701,7 juta (17,97 persen dan barang konsumsi US$482,6 juta (23,33 persen). Secara keseluruhan, nilai impor sepanjang semester I/2023 turun 6,42 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu menjadi U$108,73 miliar.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Rachmawati
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper