Bisnis.com, JAKARTA - Yen kemungkinan akan terus melemah bahkan melampaui level terendah lebih dari tiga dekade yang dicapai tahun lalu, seiring adanya perbedaan kebijakan moneter yang terus melebar antara Jepang dan Amerika Serikat (AS).
Mengutip dari Bloomberg, Jumat (7/7/2023) hal tersebut diungkapkan oleh Eisuke Sakakibara yang dikenal dengan “Mr.Yen” karena kemampuannya mempengaruhi nilai mata uang saat menjadi wakil menteri keuangan Jepang selama periode 1997-1999.
Menurutnya, yen dapat melemah lebih dari 10 persen dari level saat ini karena Bank of Japan (BOJ) masih menerapkan kebijakan yang sangat longgar, sedangkan The Fed menaikan suku bunga untuk melawan inflasi. Sebagai catatan, Yen diperdagangkan sekitar 144 per dolar pada hari Jumat (7/6/2023) di Tokyo.
"Mungkin bahkan akan mencapai lebih dari 160, mungkin tahun depan," jelas Presiden Institut Studi Ekonomi India saat ini di Tokyo.
Aksi jual pendek terhadap mata uang Jepang kemudian kembali diminati oleh para investor. Hal ini dilakukan karena penurunan Surat Utang Amerika mendorong investor untuk menjual yen demi dolar yang berimbal hasil lebih tinggi.
Tak hanya itu, yen sendiri masuk dalam grup 10 mata uang dengan performa terburuk tahun ini setelah jatuh 9 persen terhadap greenback.
Sakakibara yang tahun lalu prediksinya benar bahwa mata uang Jepang akan melemah menjadi 150 terhadap dolar, mengatakan yen dapat melanjutkan penurunannya sampai BOJ memperketat kebijakan.
Baca Juga : Indonesia-Jepang Sepakati Amandemen Lampiran IJEPA, Ekspor Perikanan Berpotensi Meningkat |
---|
Hal tersebut mungkin dapat dilakukan dengan menghapus suku bunga negatif dan menghentikan pengendalian imbal hasil obligasi secara bersamaan pada akhir tahun depan.
"Jika ekonomi Jepang terlalu panas seperti yang diharapkan, kemungkinan pengetatan pada tahun 2024," katanya.