Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PR The Fed terkait Suku Bunga Masih Banyak untuk Capai Target Inflasi 2 Persen

Para pembuat kebijakan memproyeksi bahwa perlu lebih banyak langkah terhadap suku bunga agar inflasi kembali ke level 2 persen.
Logo bank central Amerika Serikat atau The Federal Reserve di Washington, Amerika Serikat, Minggu (19/12/2021). Bloomberg/Samuel Corum
Logo bank central Amerika Serikat atau The Federal Reserve di Washington, Amerika Serikat, Minggu (19/12/2021). Bloomberg/Samuel Corum

Bisnis.comJAKARTA - Proyeksi para pembuat kebijakan menunjukan bahwa mereka berpikir untuk perlu melakukan lebih banyak langkah terhadap suku bunga.

Mengutip Bloomberg, Kamis (6/7/2023) hal tersebut diutarakan oleh Presiden Bank Sentral Federal Reserve (The Fed) New York John Williams. Langkah perlu banyak dilakukan untuk menurunkan inflasi kembali ke level 2 persen. 

“Kita bisa meluangkan waktu dan mengevaluasi serta mengumpulkan informasi lebih lanjut sebelum mengambil tindakan, dengan mengetahui proyeksi kita juga mengkomunikasikan bahwa kita belum selesai, berdasarkan informasi yang kita miliki,” jelasnya. 

Williams menjelaskan bahwa keputusan langkah selanjutnya dari The Fed bergantung pada data. Melalui data yang diterima dari The Fed, sejauh ini mendukung hipotesis bahwa masih memiliki pekerjaan yang dilakukan dalam kebijakan moneter.

Kemudian, Williams menilai bahwa inflasi inti masih tetap tinggi. Namun, dia juga mengakui adanya kemajuan yang telah dicapai dalam menurunkan inflasi. "Bahkan dalam kategori layanan inti yang tidak termasuk tempat tinggal, kita melihat perlambatan inflasi," katanya.

Berdasarkan hasil risalah The Fed pada pertemuan 13-14 Juni kemarin, meskipun hampir semua pejabat menerima keputusan mempertahankan suku bunga tetap pada target 5-5,25 persen, beberapa mendukung kenaikan seperempat poin.

"Ini sedikit mengejutkan mengingat bahwa keputusan tersebut ditetapkan sebagai keputusan bulat dari para pejabat Fed. Cukup jelas bahwa ada perbedaan pendapat, dengan beberapa pejabat yang memberikan keengganan untuk jeda selama satu bulan,” ucap Lindsey Piegza, Kepala Ekonom di Stifel Nicolaus & Co, mengutip Bloomberg, Kamis (6/7/2023).

Berdasarkan hasil risalah, diketahui bahwa sebagian besar pembuat kebijakan setuju bahwa pengetatan lebih lanjut pada tahun ini diperlukan.

Selain itu, beberapa pembuat kebijakan juga memperingatkan inflasi tidak turun secepat dari yang diperkirakan sehingga menyuarakan dukungan untuk melakukan lebih banyak tindakan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper