Bisnis.com, BATAM - Badan Pengusahaan (BP) Batam akan mengenakan tarif baru untuk kegiatan bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Batu Ampar pada 15 Juli 2023 mendatang. Perubahan tarif ini dilakukan setelah 11 tahun tarif belum pernah mengalami kenaikan sama sekali.
Dengan penyesuaian terbaru ini, BP Batam menjanjikan peningkatan pelayanan bongkar muat kepada para pebisnis di Batam.
"Selama 11 tahun masih belum berubah. Kami sudah berdiskusi dengan stakeholder serta asosiasi dan tercapai kata sepakat bahwa penyesuaian ini harus dilakukan. Hal ini juga berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku," kata Direktur Badan Usaha Pelabuhan (BUP) BP Batam Dendi Gustinandar di Kantor BP Batam, Selasa (4/7/2023).
Dia mengungkapkan, alasan utama dari kenaikan tarif bongkar muat ini adalah untuk peningkatan kualitas pelayanan, di mana BP Batam akan terus menambah alat bongkar muat, serta melakukan perluasan container yard (CY), yang merupakan bagian dari infrastruktur pendukung logistik. BP Batam juga sudah melakukan sosialisasi kepada para pelaku usaha di Batam pada Senin (3/7/2023) kemarin.
"Dalam 2 tahun terakhir, BP Batam menempatkan pelabuhan sebagai prioritas utama dengan beberapa pembangunan infrastruktur yang telah dilakukan. Kami juga telah menyiapkan sejumlah kebijakan agar pelabuhan bongkar muat ini bisa sejajar dengan kota lainnya seperti di Tanjung Priok, Tanjung Perak, dan lainnya," katanya lagi.
Adapun, tarif paket bongkar muat peti kemas 20 feet dengan status full container load (FCL) sejak 2012 hingga 2023 dipatok sebesar Rp384.300 per boks. Dengan tarif baru yang berlaku efektif 15 Juli nanti, tarif bongkar muat peti kemas 20 feet akan naik menjadi Rp603.000 per boks.
Baca Juga
"Semua [asosiasi kepelabuhanan] sepakat memang harus ada koreksi dari Rp384.300 menjadi Rp603.000 per boks untuk kontainer 20 feet dan juga merubah proses bisnis serta mengajak pelaku usaha untuk mengawasi service level agreement [SLA] ini. Perbaikan infrastruktur sudah dilakukan sehingga butuh penyesuaian tarif. BP Batam punya kewajiban untuk memaparkan kebutuhan penyesuaian tarif kepada stakeholder," paparnya.
Dendi juga menjelaskan bahwa BP Batam telah melakukan langkah strategis dalam mengembangkan Pelabuhan Batu Ampar menjadi terminal peti kemas sejak 2 tahun terakhir, mulai dari pengadaan alat bongkar muat STS crane, pembangunan CY, pendalaman alur kolam dermaga utara sejak akhir 2021 hingga awal 2023, pembangunan auto gate system dan melakukan penguatan dermaga.
"Dalam 2 tahun, BP Batam menghabiskan biaya modal pembelian aset sekitar Rp489 miliar. Kami sudah menginvestasikan banyak hal dan akan terus berinvestasi ke depannya. Kegiatan logistik ini harus mendapatkan perhatian agar dapat memberikan pelayanan yang lebih terhadap standar SLA kepada pelaku usaha biar betul-betul efektif dan efisien," pungkasnya.
Sementara itu, Ketua Indonesia Shipping Agency Assosiation (ISAA) Erdi Steven Manurung mengatakan, tarif bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Batu Ampar masih lebih murah dibandingkan pelabuhan lainnya di dalam negeri, seperti Tanjung Priok, Tanjung Perak, dan Belawan.
"Kami mendukung kenaikan tarif karena kami melihat perbandingan dengan pelabuhan lain masih lebih murah," ungkapnya.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Batam Rafki Rasyid mengungkapkan bahwa BP Batam masih belum memaparkan secara lengkap dampak dari penyesuaian tarif bongkar muat kontainer di Pelabuhan Batu Ampar, saat sosialisasi Senin (3/7/2023) kemarin.
"Bisa saja tarif [bongkar muat] naik, tapi biaya logistik turun karena kontainer yang diangkut cepat dibongkar dan jumlahnya banyak. Hal ini yang belum dipaparkan BP Batam," jelasnya.
Kenaikan tarif bongkar muat dianggap cukup besar, persentasenya mencapai 57 persen. Namun, Rafki meminta BP Batam melakukan kajian apakah dengan penyesuaian tarif, kehadiran ship to shore (STS) crane dan auto gate system bisa mengurangi ongkos logistik secara keseluruhan.
Dia mengingatkan bahwa saat ini ongkos logistik berupa tarif pengiriman kontainer dari Batam menuju Singapura naik dalam 2 tahun terakhir. Kenaikannya berada dalam rentang 6-14 persen.
Berdasarkan data yang diterima Bisnis, tarif kontainer 20 feet pada tahun 2021 sebesar US$470, lalu naik 6 persen menjadi US$500 pada tahun 2022, dan terakhir naik 14 persen menjadi US$570 pada tahun ini.
Sementara itu, untuk tarif kontainer 40 feet pada tahun 2021 sebesar US$665, lalu naik 8 persen menjadi US$720, dan terakhir naik 11 persen menjadi US$800 pada tahun ini. Tarif tersebut berasal dari perusahaan forwarder atau ekspedisi.
"Hal ini yang mereka tidak bisa jelaskan sama sekali. BP Batam hanya memberikan perkiraan saja, karena forwarder yang memberikan tarif tersebut rata-rata perusahaan Singapura. Ini yang tidak kita mengerti karena seharusnya BP Batam punya kewenangan kontrol harga. BP Batam harus klarifikasi ke forwarder, jangan seenaknya saja menaikkan harga," ungkapnya.
Rafki kemudian memaparkan bahwa kenaikan biaya kontainer di Batam sangat mengherankan, karena biaya pengiriman kontainer di tempat justru sedang turun. Kondisi saat ini juga sangat mendukung penurunan ongkos pengiriman kontainer, di mana harga minyak dunia sedang turun, dan tingkat penggunaan kontainer tengah penuh-penuhnya.
"Sehingga tidak ada kontainer kosong yang menimbulkan biaya di pelabuhan. Tapi yang terjadi saat ini, ongkos malah naik. Padahal dengan kondisi yang sudah dipaparkan tadi, maka harus turun," ungkapnya.
Rafki kemudian memberikan contoh, tahun ini biaya pengiriman kontainer 20 feet dari Singapura menuju Los Angeles, Amerika turun 72 persen dari US$5.909 (2022) menjadi US$1.683. Sementara untuk kontainer 40 feet dari US$7.209 (2022) menjadi US$2.058..
"Sejak awal sudah diketahui bahwa tarif pengiriman kontainer Batam-Singapura jauh lebih mahal, padahal jaraknya hanya 22 kilometer. Jika masalah ini dibiarkan terus, maka akan mengganggu investasi di Batam," ucapnya.