Proyeksi Produksi Rokok
Kenaikan tarif cukai dan minimum harga jual eceran (HJE) rata-rata 10 persen, yang diterapkan pada 2023 dan 2024 diproyeksikan menggerus produksi rokok sepanjang tahun ini.
Situasi tersebut sepertinya akan menjadi tantangan tersendiri bagi emiten rokok macam PT Gudang Garam Tbk (GGRM) hingga PT HM Sampoerna Tbk (HMSP).
Analis Kebijakan Ahli Madya Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Sarno mengatakan produksi rokok diestimasikan mencapai 314,8 miliar batang pada 2023, atau turun sebesar 2,8 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
“Kami sudah proyeksi untuk tahun 2023 ini memang turun di angka hampir 3 persen untuk produksinya karena kami menaikkan cukai dan HJE rata-rata 10 persen,” ujar Sarno.
Dia menyampaikan bahwa pemerintah akan mencoba melakukan antisipasi apabila hingga paruh pertama tahun ini kinerja penerimaan CHT terus mengalami kontraksi.
“Kami berharap bisa tercapai secara target sampai akhir tahun, meskipun kami juga melakukan antisipasi kalau memang sampai dengan semester satu [2023] masih minus pertumbuhannya, maka harus dicari langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk mencapai target,” pungkasnya.
Kemenkeu juga memperkirakan dengan rata-rata tertimbang kenaikan tarif CHT sebesar 10 persen, produksi sigaret di tahun 2023 diproyeksikan memang akan menurun. Hal ini berlandaskan pada pembahasan kebijakan tarif CHT tahun tahun ini.
Alhasil, melemahnya produksi rokok tentu akan berimbas pada realisasi penerimaan negara dari cukai. Hal ini tentu bukan isapan jempol semata karena mayoritas setoran Ditjen Bea dan Cukai bersumber dari cukai rokok, yang menjadi penyumbang kas negara terbesar kedua setelah pajak.
Terbukti realisasi penerimaan kepabeanan dan cukai hingga akhir Mei lalu anjlok 15,64 persen secara tahunan menjadi Rp118,36 triliun atau 39,04 persen dari target.
Kemenkeu melihat ada dua faktor yang membuat realisasi penerimaan bea dan cukai ambles, yakni turunnya penerimaan bea keluar akibat harga crude palm oil (CPO) yang termoderasi, dan kedua tidak lain tidak bukan adalah akibat melemahnya produksi rokok.