Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ormas Sebarkan Ancaman, Pedagang Ayam di Jakarta Rugi Miliaran

Organisasi Massa atau Ormas yang mengatasnamakan pedagang ayam malah memaksa banyak pelapak ayam tutup sebagai bentuk protes.
Pedagang menyusun ayam potong di Pasar Modern, Serpong, Tangerang Selatan, Senin (2/6/2019)./Bisnis-Endang Muchtar
Pedagang menyusun ayam potong di Pasar Modern, Serpong, Tangerang Selatan, Senin (2/6/2019)./Bisnis-Endang Muchtar

Bisnis.com, JAKARTA- Puluhan massa mengatasnamakan Ormas Komunitas Pedagang Ayam Eceran Pulogadung dan Paguyuban Ponorogo memaksa beberapa rumah potong ayam atau Rumah Potong Hewan Unggas (RPHU) di Jakarta untuk tutup. Akibat penutupan paksa tersebut, para pedagang di RPHU kehilangan omzet hingga miliaran rupiah.

Pedagang  ayam di RPHU Rawa Kepiting Okki Sutanto mengungkapkan bahwa kejadian yang dilakukan Ormas itu berlangsung pada Selasa (27/6/2023) sekitar pukul 19.00 WIB saat mobil pengangkut ayam mulai berdatangan ke tempat penjagalan ayam tersebut.

Dia mengatakan, Anggota Ormas itu memaksa pedagang di RPHU tutup selama 3 hari ke depan mulai 27-30 Juni 2023 dengan alasan solidaritas kepada pedagang karena harga ayam sedang tinggi saat Iduladha.

“Massa itu sekitar 40-50 orang. Mereka paksa pedagang libur. Katanya bentuk protes/mogok jualan ayam karena harga ayam meroket. Tapi kami gak tahu yang menggerakan siapa, soalnya tidak diajak diskusi sama sekali. Langsung paksa tutup,” ujar Okki saat dihubungi Bisnis, Rabu (28/6/2023).

Dia mengatakan, aksi sepihak Ormas tidak dikenal tersebut sempat panas lantaran ditolak oleh pedagang. Akibat protes tersebut, salah satu keluarga pedagang dikeroyok massa yang datang tersebut hingga bercucuran darah di kepala.

“Ada anak salah satu pedagang dipukuli karena protes melawan ormas. Namun lukanya tidak serius,” ucap Okki.

Akibat represi ormas-ormas tersebut, Okki mengatakan pedagagang di RPHU terpaksa menutup kiosnya dan kehilangan omzet ratusan juta per hari.

“Di RPHU Rawa Kepiting sendiri ada belasan pedagang dengan total 15 karyawan. Rata-rata pmzet pedagang hariannya di Rp100-Rp150 juta. Jadi kehilangan omzet per hari dari belasan pedagang bisa sampai miliaran,” jelas dia.

Berdasar video yang diperoleh Bisnis saat perisitwa semalam, salah satu anggota ormas meminta pedagang RPIH Rawa Kepiting berhenti beroprasi sebagai bentuk solidaritas kepada pedagang kecil di pasar tradisional.

“Biasanya menurunkan ayam 1 truk, itu menjadi 5 truk. Ini memontum Iduladha. Ini kesempatan yang mempunyai uang. Tapi di dalam pasar, pergerakan pasar menjerit semua. Itu namanya tidak ada yang dinamakan keadilan. Kalau ada yang namanya keadilan saling asah asuh. Bapak-bapak penyuplai terbesar, kami pedagang pasar hanya jual 100. Seharusnya dari pangkal juga merasakan. Jangan diambil enaknya sendiri,” tutur pria paruh baya berkacamata, anggota salah satu ormas kepada para padagang di RPHU Rawa Kepiting, Cakung, Jakarta Timur.

Menurut Okki, anggota ormas tersebut pun memberikan surat edaran mengenai kesepakatan antar pedagang agar meliburkan diri selama dari 27-30 Juni. Padahal, kata Okki, para pedagang di RHU tidak pernah diajak musyawarah terkait hal tersebut. Selain RPHU Rawa Kepiting, tembusan surat itu juga kepada RPHU daerah Jakarta Timur seperti RPHU Pejagalan, RPHU Pintu Air, dan RPHU Rawa Teratai.

“Padahal musyawarah gak diundang tapi dipaksa tutup ormas gak jelas,” kata Okki.

Lebih lanjut, Okki juga mengungkapkan bahwa saat dipaksa tutup ormas itu, sebenarnya terdapa beberapa apparat Kepolisian dan TNI, namun mereka tidak bisa berbuat banyak.

“Kalah jumlah. Cuma bisa memdiasi dan menenangkan,” kata Okki.

Akibat penutupan paksa oleh ormas itu, dia menjelaskan, mayoritas para pedagang saat ini lebih memilih menutup usahanya, meski ada juga yang memindahkan usahanya walau cukup berat. Sebab, ayam yang biasa dipotong jumlahnya mencapai ribuan ekor.

“Untuk RPH ada standar higienis dan halal yang butuh tempat dan peralatan khusus, gak bisa sembarang tempat untuk menghindari penyakit,” ucap Okki.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Indra Gunawan
Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper