Bisnis.com, JAKARTA - Dalam misi Indonesia untuk mengatasi permasalahan lingkungan, Indonesia telah mendapatkan hibah dana dari berbagai negara maju. Contohnya lewat Just Energy Transition Partnership (JETP).
Founder & Chairman FPCI Dino Patti Djalal mengatakan bahwa Indonesia kini menjadi eksperimen, mengingat Indonesia mendapatkan pendanaan US$20 miliar atau setara Rp300 triliun.
“Indonesia menjadi eksperimen sekarang. Bisa nggak kalau negara maju memberikan bantuan, kita (Indonesia) dapat melaksanakannya dengan baik,” ungkapnya kepada Bisnis, Rabu (21/6/2023).
Dalam membahas hal apa saja yang dapat menjadi prioritas bagi pemerintah, Dino menjelaskan bahwa carbon credit Indonesia perlu ditingkatkan. Hal tersebut bisa menjadi reward lantaran 85 persen deforestasi sudah berkurang dalam 2-3 tahun terakhir.
Kemudian, electronic vehicle (EV) juga perlu merambah, mulai dari kendaraan pribadi seperti motor dan mobil, hingga transportasi publik seperti bus. Industri menurutnya juga perlu diperhatikan, contohnya seperti listriknya, gedung-gedung, dan lain-lainnya.
“Intinya adalah bagaimana mencapai energi terbarukan. Sekarang capaian baru 11 persen, sedangkan target energi terbarukan pada 2025 sebesar 23 persen. Menurut saya ini tidak akan tercapai karena tinggal 2 tahun lagi” ungkapnya.
Baca Juga
Menurutnya jika Indonesia juga ingin serius dalam energi terbarukan, maka investasi dan insentif perlu dilakukan. Pemerintah juga perlu meyakinkan investor.
Di lain sisi, Manajer Komunikasi Greenpeace Afif Saputra juga mengatakan pemerintah perlu memiliki paradigma beyond growth dan beyond GDP.
“Apakah angka-angka tersebut, yakni pertumbuhan ataupun peningkatan angka juga sejalan dengan kesejahteraan masyarakat yang meningkat dan lingkungan yang terjaga” ungkapnya kepada Bisnis, Rabu (21/6).
Terkait dengan green economy, Afif juga berpendapat bahwa Indonesia perlu berfokus di negara sendiri dahulu sehingga ketika mendapatkan investasi dari negara lain dapat memberikan dampak yang baik bagi masyarakat dan lingkungan.
Tak hanya itu, terkait JETP menurutnya dapat diinvestasikan pada transisi energi yang sesungguhnya, menimbang kondisi lingkungan yang sudah dalam tahap serius.