Bisnis.com, JAKARTA - UBS Group resmi mengakuisisi Credit Suisse pada hari Senin (12/6/2023), sekaligus menjadikannya sebagai raksasa perbankan Swiss dan manajemen kekayaan dengan neraca US$1,6 triliun atau sebesar Rp23 kuadriliun.
Mengutip pemberitaan Reuters, Selasa (13/6), CEO UBS Sergio Ermotti dan Chairman Colm Kelleher mengatakan meskipun banyak tantangan, masih ada banyak peluang bagi klien, staf pemegang saham, dan Swiss.
"(Akuisisi) ini seharusnya menjadi akhir dari bailout yang terlalu besar untuk gagal dan dipimpin negara," kata profesor perbankan dan keuangan di INSEAD, Jean Dermine.
Dengan akuisisi tersebut, UBS akan mengelola aset senilai US$5 triliun atau sebesar Rp72 kuadriliun. Kedua bank juga memiliki 120,000 karyawan di dunia, meskipun UBS akan melakukan PHK.
Untuk tantangan kedepan, Ermotti mungkin perlu mempertimbangakn tekanan publik untuk mempertahankan merek, identitas dan tenaga kerja Credit Suisse.
Analis juga mengatakan bahwa ada kekhawatiran publik dikarenakan bank menjadi terlalu besar, dengan neraca yang sebesar sekitar dua kali lipat dari ukuran ekonomi Swiss.
Baca Juga
Untuk itu, maka UBS diharapkan perlu berhati-hati agar tidak terkena regulasi yang lebih ketat dan persyaratan modal yang lebih tinggi.
UBS kemudian juga diperingatkan bahwa bisa saja kesulitan untuk mempertahankan staf dan pelanggan. Kesepakatan ini juga menjadi pertanyaan apakah dapat memberikan nilai bagi pemegang saham dalam jangka panjang.