Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekspor Bauksit Disetop, Adaro (ADRO) hingga Indika (INDY) Gigit Jari

Konglomerat Boy Thohir hingga Agus Lasmono terpaksa gigit jari akibat kebijakan pemerintah yang resmi menutup kran ekspor bauksit pada 10 Juni 2023.
Penambangan bauksit./Bisnis.com
Penambangan bauksit./Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah konglomerat pengusaha bauksit terpaksa gigit jari akibat kebijakan pemerintah yang resmi menutup keran ekspor bauksit pada hari ini, Sabtu (10/6/2023).

Kebijakan itu sesuai dengan perintah Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk mendorong industri pengolahan dan pemurnian bauksit di dalam negeri.

Kepastian itu disampaikan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, saat dikonfirmasi ihwal ekspor mineral logam yang disetop berdasarkan Undang-undang No. 3/2020 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara (Minerba).

“Jadi-jadi, kita kan [moratorium] bauksit,” kata Airlangga saat ditemui di Gedung DPR, Jakarta, Jumat (9/6/2023). 

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menegaskan moratorium ekspor bijih bauksit bakal tetap dilakukan pada 10 Juni 2023.

Arifin mengatakan pemerintah tidak berencana memberi relaksasi setelah meninjau pengerjaan smelter bauksit yang belum signifikan dari perencanaan yang disampaikan kontraktor awal tahun ini.

“Tidak dapat relaksasi, tetap Juni [moratorium ekspor], harus dibedakan karena yang smelter tembaga kan progressnya sudah 61 persen di akhir bulan ini,” kata Arifin saat ditemui di Kementerian ESDM, Jumat (28/4/2023).

Sebagaimana diketahui, UU Minerba mengamanatkan penghentian ekspor mineral logam pada 10 Juni 2023. Amanat itu sebagai tindak lanjut komitmen pemerintah untuk melakukan penghiliran lebih lanjut sejumlah mineral logam di dalam negeri. 

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengalkulasi akan ada pengurangan ekspor bauksit sampai dengan sekitar 8,09 juta ton atau senilai US$288,52 juta atau setara Rp4,3 triliun (asumsi kurs Rp14.903 per US$) pada 2023 akibat kebijakan larangan ekspor.

Sementara itu, potensi nilai ekspor yang hilang akan meningkat menjadi US$494,6 juta atau Rp7,4 triliun pada 2024 dan lebih kurang ada 13,86 juta ton bauksit yang tidak diserap. 

Dampak lainnya, penurunan penerimaan negara dari royalti bauksit sebesar US$49,6 juta atau setara Rp739,2 miliar dan sebanyak 1.019 tenaga kerja untuk kegiatan produksi maupun penjualan berpotensi tidak dapat bekerja.

Tak cuma potensi ekspor, beberapa crazy rich yang memiliki di bisnis bauksit di Tanah Air juga diperkirakan akan terdampak oleh kebijakan tersebut. 

Dengan diberlakukannya aturan tersebut, sejumlah konglomerasi besar harus gigit jari karena terdampak larangan ekspor. Pengusaha bauksit yang terdampak di antaranya adalah:

1. Lim Hariyanto - PT Cita Mineral Investindo Tbk. (CITA) 

Lim Hariyanto Wijaya Sarwono merupakan pemilik perusahaan pertambangan bauksit PT Cita Mineral Investindo Tbk. (CITA), yang memproduksi Smelter Grade Alumina (SGA) melalui kerja sama dengan PT Well Harvest Winning Alumina Refinery (WHAR) dari China. 

Pada 2022, Lim tercatat sebagai orang terkaya nomor 36 di Indonesia menurut Forbes, dengan total kekayaaan mencapai US$1,12 miliar atau setara Rp16,67 triliun (kurs Rp14.888). 

Dengan usia yang sudah cukup tua, yakni 94 tahun, kini CITA dilanjutkan oleh anaknya, yaitu Lim Gunawan Hariyanto yang menjabat sebagai Presiden Komisaris di CITA. 

Tak hanya memiliki pertambangan bauksit, Lim juga mempunyai kekayaan jumbo berkat Harita Group. Perusahaan ini bergerak di bidang pertambangan nikel, smelter feronikel, kilang penyulingan alumina, perkebunan kelapa sawit, ekspedisi, kayu, batu bara, hingga properti. 

Adapun, perkebunan kelapa sawit miliknya dengan entitas Bumitama Agri merupakan pemasok minyak sawit untuk Wilmar, Sinar Mas, dan Musim Mas. 

 
2. Garibaldi Thohir – PT Adaro Aluminium Indonesia 


PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO), yang dimiliki Garibaldi Thohir atau Boy Thohir, terjun ke bisnis bauksit pada 2021 dengan memulai rencana pembangunan smelter di Indonesia.

Total investasi tersebut sebesar US$728 juta setara Rp10,83 triliun (kurs Rp14.888) untuk membangun aluminium smelter di Kawasan Industri Hijau Indonesia yang terbesar di dunia. 

Nantinya, Adaro Aluminium akan berada di bawah PT Adaro Minerals Indonesia Tbk. (ADMR). Boy Thohir pun berharap dengan pembangunan yang terus berjalan, smelter tersebut dapat dioperasikan pada 2024 mendatang. 

3. Agus Lasmono - PT Indika Energy Tbk. (INDY

Agus Lasmono adalah pendiri dan pemilik PT Indika Energy Tbk. (INDY). Sebelumnya dia menjabat sebagai Wakil Komisaris Utama Indika Energy dari 2007 - 2017. INDY merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan khususnya batu bara. 

Menjelang akhir 2022, INDY melalui anak PT Indika Mineral Investindo (IMI) secara resmi menyelesaikan akuisisi perusahaan smelter dan pertambangan bauksit PT Perkasa Investama Mineral (PIM). Nilai transaksi tersebut sebesar US$5 juta atau setara Rp744,44 miliar.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dionisio Damara
Editor : Muhammad Ridwan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper