Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

OECD Sebut BI Bisa Kerek Suku Bunga Acuan Jadi 6 Persen

OECD menyebut BI berpeluang kerek suku bunga acuan menjadi sebesar 6 persen.
Bendera OECD di kantor pusat OECD di Paris, Prancis/OECD
Bendera OECD di kantor pusat OECD di Paris, Prancis/OECD

Bisnis.com, JAKARTA – Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) memperkirakan bahwa Bank Indonesia (BI) masih memiliki ruang untuk menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6 persen pada tahun ini.

BI diketahui telah mengimplementasikan kebijakan moneter yang lebih ketat sejak pertengahan 2022, sejalan dengan laju inflasi yang menanjak tinggi.

Secara total, BI telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 225 basis poin dari tingkat 3,5 persen menjadi 5,75 persen.

“Diasumsikan akan BI menaikkan suku bunga acuan sedikit lebih lanjut pada 2023 menjadi 6 persen,” tulis OECD dalam laporan terbarunya, Rabu (7/6/2023).

BI pun diperkirakan akan menunda penurunan suku bunga acuan hingga paruh kedua 2024. Menurut OECD, pasokan kredit perbankan masih memadai untuk memenuhi permintaan pembiayaan.

Namun di sisi lain, OECD menilai biaya pinjaman yang lebih tinggi akan membebani investasi bisnis dan konsumsi rumah tangga untuk barang-barang tahan lama ke depan.

Dalam rapat kerja di Komisi XI DPR RI pada Senin (5/6/2023), Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan bahwa negara berkembang memiliki ruang untuk menurunkan suku bunga acuan ke depan.

Hal ini dikarenakan laju inflasi yang turun lebih cepat di negara-negara berkembang, dibandingkan dengan di negara maju.

Sementara di dalam negeri, Perry mengatakan bahwa suku bunga kebijakan akan tetap diarahkan untuk memastikan inflasi inti terkendali pada kisaran 2-4 persen di sisa 2023 dan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) kembali ke sasaran 2-4 persen pada kuartal III/2023.

“[BI] mempertahankan kebijakan suku bunga meski nanti kami akan melihat perkembangan lebih lanjut sejauh nanti penurunan inflasi,” katanya.

Sebagai informasi, laju inflasi di dalam negeri telah menurun lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya. Pada Mei 2023, tingkat inflasi telah turun menjadi sebesar 4,0 persen, terendah dalam setahun terakhir.

Perry mengatakan bahwa penurunan laju inflasi yang lebih cepat tersebut dampak positif dari konsistensi kebijakan moneter, khususnya kebijakan suku bunga dan stabilisasi nilai tukar rupiah, serta eratnya sinergi pengendalian inflasi BI dan pemerintah.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper