Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indonesia Terima US$20 Miliar untuk Bersih-bersih Batu Bara

Koalisi negara maju dan Glasgow Financial Alliance for Net Zero berkomitmen memberikan U$20 miliar dalam pembiayaan iklim kepada Indonesia.
Proses pemuatan batu bara ke tongkang di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Rabu (13/10/2021). Bloomberg/Dimas Ardian
Proses pemuatan batu bara ke tongkang di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Rabu (13/10/2021). Bloomberg/Dimas Ardian

Bisnis.com, JAKARTA- Indonesia dikabarkan telah menerima komitmen sebesar US$20 miliar pembiayaan iklim untuk memangkas penggunaan batu bara.

Dikutip dari Bloomberg, Rabu (7/6/2023), koalisi negara maju dan Glasgow Financial Alliance for Net Zero berkomitmen memberikan U$20 miliar dalam pembiayaan iklim untuk mempercepat transisi Indonesia dari tenaga batu bara.

Lebih jauh, mengutip pernyataan Menko Marves Luhut Pandjaitan, Indonesia berencana mendorong transisi energi dengan mengembangkan teknologi yang lebih hijau. Terlebih, Indonesia pun tengah mematangkan pasar karbon yang diharapkan mampu menggalang dana sebesar US$32 miliar untuk kebutuhan transisi energi.

“Peluang lain termasuk memproduksi bahan bakar ramah lingkungan dari perkebunan kelapa sawit, dan menjadikan Indonesia sebagai pusat produksi kendaraan listrik,” tambahnya.

Indonesia tengah berupaya mencapai target nol bersihnya pada tahun 2055, lima tahun lebih cepat dari jadwal, karena negara tersebut beralih dari tenaga batu bara dan meningkatkan investasi hijau, menurut seorang pejabat pemerintah.

“Kita bisa melakukannya sebelum tahun 2060,” kata Luhut kepada media dalam konferensi Ecosperity di Singapura, Selasa (6/6/2023). Dia menambahkan kolaborasi dengan pemerintah luar negeri akan menjadi kunci untuk mencapai tujuan lebih awal.

Indonesia, penghasil emisi CO2 terbesar kedelapan di dunia, yang telah mengumumkan rencana untuk mencapai emisi nol bersih pada tahun 2060. Indonesia siap untuk bertransisi ke ekonomi yang lebih bersih, tetapi tidak ingin “dikuliti” oleh negara maju atau mengganggu pertumbuhan ekonomi.

“Yang kami butuhkan adalah mendapatkan pendanaan, kita tidak bisa melakukannya sendirian,” ungkap Luhut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Kahfi
Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper