Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

LG dan IBC Bahas Nasib Investasi Baterai Listrik Rp122,79 Triliun

Konsorsium LG bakal kembali bertemu dengan IBC dalam waktu dekat untuk melanjutkan perundingan investasi baterai listrik senilai Rp122,79 triliun.
Ilustrasi pengguna sedang mengisi baterai mobil listrik./ Dok. Freepik.
Ilustrasi pengguna sedang mengisi baterai mobil listrik./ Dok. Freepik.

Bisnis.com, JAKARTA — Konsorsium LG Energy Solution (LG) bakal kembali bertemu dengan Indonesia Battery Corporation (IBC) dalam waktu dekat untuk melanjutkan perundingan ihwal rencana investasi penghiliran bijih nikel sampai baterai listrik di Indonesia.

Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Pengembangan Industri Sektor ESDM Agus Tjahajana mengatakan pertemuan itu berkaitan dengan kelanjutan rencana investasi LG pada konsorsium yang tergabung ke dalam proyek penghiliran Titan dengan komitmen investasi US$8 miliar atau setara dengan Rp122,79 triliun.

“Mereka mau ketemu IBC lagi, jadi bukan game is over. Kamu harus cek ke IBC lagi, jadi apa enggak. Apakah proyek mau dieksekusi atau enggak,” kata Agus saat ditemui di Jakarta, Selasa (30/5/2023). 

Agus menuturkan salah satu poin pertemuan itu bakal berkaitan dengan kelanjutan rencana pergantian komposisi anggota konsorsium yang diinisiasi LG. Menurut Agus, rencana pergantian konsorsium itu terbilang rumit lantaran LG merupakan perusahaan terbuka. 

“Perjalanan akan jauh lebih panjang dari pada dengan China, pemerintah tidak bisa apa-apa itu kan company. Mereka juga bertanggungjawab pada pemegang saham,” kata dia. 

Di sisi lain, Agus menilai wajar keputusan LG yang belakangan mengalihkan sebagian besar investasi mereka untuk meningkatkan kapasitas produksi di Amerika Serikat selepas kebijakan undang-undang (UU) Penurunan Inflasi atau Inflation Reduction Act (IRA) yang mulai berlaku awal tahun ini.

“Emang pasarnya di situ, kalau dia sudah dapat sumber yang pasti kenapa dia harus investasi di sini,” kata dia.

Seperti diberitakan sebelumnya, Pemerintah Korea Selatan (Korsel) meminta Presiden Joko Widodo atau Jokowi untuk mencari solusi atas paket insentif mineral kritis dan energi baru terbarukan (EBT) yang diatur dalam IRA Amerika Serikat yang telah mengubah peta investasi global saat ini.

Permintaan itu disampaikan berkaitan dengan komitmen konsorsium LG untuk tetap berinvestasi pada sisi penghiliran bijih nikel menjadi baterai setrum dalam usaha patungan bersama dengan IBC.

“Tadi pemerintah Korea Selatan juga minta perhatian khusus ke presiden [Jokowi] menyangkut dengan perjanjian kita dengan Amerika Serikat menyangkut IRA, rantai pasok,” kata Menteri Investasi Bahlil Lahadalia selepas menemani Jokowi bertemu dengan 16 delegasi perwakilan pemerintah dan pengusaha Korea Selatan di Istana Negara, Jakarta, Senin (15/5/2023).

Bahlil menuturkan kekhawatiran Korea Selatan itu relatif beralasan menyusul kebijakan Amerika Serikat yang belakangan cukup agresif untuk mengimbangi persaingan dagang serta investasi penghiliran mineral kritis serta pengembangan EBT dari beberapa negara kompetitor seperti China dan Uni Eropa.

Sementara itu, pemerintah bersama dengan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) khawatir mineral kritis yang berasal dari Indonesia tidak memenuhi syarat untuk mendapat kredit pajak IRA secara penuh. Adapun undang-undang itu menghimpun dana subsidi sebesar US$370 miliar untuk pengembangan teknologi bersih.

Alasannya, Indonesia belum memiliki perjanjian perdagangan bebas dengan AS dan dominasi perusahaan China dalam industri hulu bijih nikel di dalam negeri.

Sementara konsorsium LG lewat HoA yang ditandatangani pada awal 2021 lalu menggandeng beberapa rekanan produsen dan manufaktur yang mayoritas berbasis di Korea Selatan seperti LG Energy Solution, LG Chem, LG Internasional dan Posco. Sedangkan satu mitra mereka berasal dari China yakni Huayou Holding.

Sebelumnya, LGI dikabarkan sempat ingin menarik komitmen investasi di usaha patungan IBC pada sisi hilir setelah implementasi UU IRA Amerika Serikat awal tahun ini.

LG disebutkan tidak tertarik untuk berinvestasi lebih lanjut hingga tingkat pabrikan baterai listrik seperti yang ditawarkan dalam perjanjian usaha patungan bersama IBC. Bahkan, LG menyerahkan negosiasi kepada rekanan konsorsium mereka Huayou Holding.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Halaman
  1. 1
  2. 2
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper