Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah tengah berupaya untuk menghidupkan kembali peluang akuisisi blok migas Mansouri setelah lawatan dua hari Presiden Iran Seyyed Ebrahim Raisi ke Indonesia pada 23-24 Mei 2023 lalu.
Kunjungan perdana Raisi sejak menjabat sebagai presiden Iran ke-8 pada 3 Agustus 2021 lalu membuka kembali nota kesepahaman atau MoU yang sempat diteken kedua negara pada 2016 ihwal rencana investasi PT Pertamina (Persero) untuk mengelola blok prospektif di Iran tersebut.
Selepas 2 tahun sejak penawaran lapangan, Pertamina telah menyiapkan anggaran US$1,5 miliar untuk pengelolaan Blok Mansouri selama kurun waktu 5 tahun. Hanya saja, rencana finalisasi akuisisi itu mesti ditunda seiring dengan sanksi ekonomi yang diberikan Amerika Serikat (AS) atas Iran pada pertengahan 2018.
“Bagi Pertamina tentu ini merupakan langkah yang sangat baik, khususnya apabila MoU sebelumnya bisa berlanjut karena nantinya bisa berdampak ke lifting kita,” kata Vice president Corporate Communication Pertamina Fadjar Djoko Santoso saat dikonfirmasi, Senin (29/5/2023).
Pertemuan bilateral antara Presiden Joko Widodo atau Jokowi dengan Raisi menghasilkan 11 dokumen kesepakatan kerja sama yang dijajaki kedua negara. Selain target peningkatan volume perdagangan menjadi US$20 miliar, kedua negara juga sepakat untuk mencari jalan keluar atas investasi di sektor migas.
Pertamina, kata Fadjar, masih menunggu pembahasan tingkat tinggi yang saat ini masih berlanjut ihwal rencana akuisisi kembali lapangan blok di Iran tersebut. Selain Blok Mansouri, Pemerintah Iran lewat National Iranian Oil Company (NIOC) juga ikut menawarkan Blok Ab-Teymour kepada Pertamina saat itu.
Baca Juga
“Tapi untuk saat ini memang masih dalam tahapan pembahasan di high level, kami melihat setelah pertemuan antara kedua pemimpin apakah ada solusi konkretnya atau bagaimana,” kata dia.
Bisnis telah meminta konfirmasi ihwal hasil perundingan lanjutan rencana akuisisi perusahaan migas pelat merah itu kepada Wakil Menteri BUMN I Pahala Mansury dan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Tutuka Ariadji selepas pertemuan tingkat tinggi pekan lalu. Hanya saja permohonan konfirmasi tersebut tidak mendapat tanggapan hingga berita ini tayang.
Berdasarkan catatan Bisnis, total cadangan Lapangan Ab-Teymour dan Mansouri diperkirakan mencapai 5 miliar barel. Kedua lapangan tersebut dalam tahap produksi, yakni 48.000 barel per hari (bph) untuk Lapangan Ab-Teymour dan 54.000 bph untuk Lapangan Mansouri. Namun, perseroan hanya akan fokus pada Mansouri lebih dulu.
Nilai investasi yang digelontorkan oleh Pertamina di Iran itu bakal digunakan untuk perbaikan sumur yang sudah ada dan mengebor beberapa sumur lainnya. Karakter Blok Mansouri ini pun sudah siap produksi sehingga Pertamina tidak perlu memulai dari awal seperti eksplorasi.
Nantinya, kontrak Pertamina di sana akan berbentuk contract service bukan production sharing contract (PSC). Jadi, perseroan akan mendapatkan bayaran sesuai dengan service yang dilakukan.
Dengan skema kontrak itu, Pertamina masih belum ada detail potensi minyak yang bisa dibawa ke Indonesia. Namun, Pertamina bisa menukar komisi service dengan minyak yang sudah diproduksi.
Apalagi, hasil produksi minyak di Iran itu juga sesuai dengan produk minyak mentah yang bisa diproduksi oleh kilang. Jadi, Pertamina berencana membawa minyak dari Iran itu ketika refinery development master plan (RDMP) perseroan rampung.