Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gak Main-main! G7 Ingin Lepaskan Ketergantungan Rantai Pasok dari China

Pemimpin Negara G7 mengungkapkan keseriusan untuk melepaskan ketergantungan rantai pasok dari China.
Para pemimpin Kelompok Tujuh (G7) berpose untuk berfoto di Kuil Itsukushima di pulau Miyajima pada hari pertama KTT para pemimpin G-7 di Hatsukaichi, Prefektur Hiroshima, Jepang, pada Jumat (19/5/2023). Sumber: Japan Pool/Bloomberg
Para pemimpin Kelompok Tujuh (G7) berpose untuk berfoto di Kuil Itsukushima di pulau Miyajima pada hari pertama KTT para pemimpin G-7 di Hatsukaichi, Prefektur Hiroshima, Jepang, pada Jumat (19/5/2023). Sumber: Japan Pool/Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Para pemimpin tujuh negara terkaya di dunia yang tergabung dalam Kelompok G7 akan menguraikan langkah strategis dalam menghadapi ketergantungan rantai pasok dari China. Sebelumnya, G7 juga sepakat meningkatkan sanksi kepada Rusia atas invasi ke Ukraina.  

Para pemimpin G7, yakni Inggris, Perancis, Italia, Jerman, Amerika Serikat, Kanada, dan Jepang ini diketahui sedang bergulat dengan tantangan yang ditimbulkan oleh China dan Rusia pada pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi atau KTT G7 di Hiroshima, yang berlangsung selama 3 hari. 

Salah satu topik dalam KTT G7 adalah mengurai risiko dari China. Berdasarkan draf komunike bersama yang diperoleh kantor berita Reuters, negara G7 sepakat terkait dengan upaya melepaskan diri dari ketergantungan rantai pasok perdagangan China. 

Namun, penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS) Jake Sullivan mengatakan negara-negara G7 berkeinginan mengurangi risiko, bukan memisahkan diri dari China.  

Dia menambahkan pemimpin negara G7 akan menguraikan sejumlah langkah untuk mengatasi ketergantungan ekonomi, termasuk upaya membangun rantai pasok yang lebih tangguh dan upaya melindungi teknologi melalui pembatasan ekspor, dan investasi ke luar. 

Dalam draf komunike terakhir, negara-negara G7 sepakat bahwa menetapkan status China sebagai kekuatan ekonomi terbesar kedua dunia. Dengan status tersebut, para pemimpin negara menilai diperlukan penguatan kerja sama untuk lepas dari ketergantungan China.

“Kami tidak berusaha menggagalkan kemajuan dan pembangunan ekonomi China,” kata para pemimpin dalam draf tersebut, yang dikutip dari Reuters, Sabtu (20/5/2023). 

Di sisi lain, China telah menyuarakan keprihatinan bahwa KTT akan berubah menjadi pertunjukkan politik melawan Beijing. Pernyataan tersebut telah dikeluarkan Kedutaan Besar China di Tokyo jelang perhelatan KTT G7.  

Sementara itu, KTT G7 Hiroshima rencananya juga akan dihadiri Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy. Dia dijadwalkan tiba di Hiroshima pada Sabtu (20/5) untuk menggalang dukungan dalam mempertahankan kedaulatan negaranya. 

Kedatangan Zelenskyy di Jepang berlangsung di tengah ancaman Presiden Rusia Vladimir Putin, yang memberi sinyal akan menggunakan senjata nuklir jelang setahun perang Rusia-Ukraina. Hal ini ini pun membuat negara-negara barat resah. 

Invasi Rusia ke Ukraina yang terjadi pada 15 bulan lalu juga telah memicu kekhawatiran bagi Jepang, satu-satunya negara asia dalam G7. Jepang memandang bahwa China juga dapat mengambil tindakan lebih agresif terhadap Taiwan, yang diklaim sebagai milik Beijing. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper