Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Perdagangan (Mendag) Indonesia Zulkifli Hasan dan Menteri Perdagangan dan Industri Mesir Ahmed Samir Saleh menandatangani Join Trade Commitee (JTC). Pertemuan di Kairo, Mesir, Senin (15/5/2023) tersebut menghasilkan kontrak dagang senilai Rp12,88 triliun.
Berita tentang kontrak dagang antara Indonesia dan Mesir menjadi salah satu berita pilihan editor BisnisIndonesia.id hari ini. Selain berita tersebut, sejumlah berita menarik lainnya turut tersaji dari meja redaksi BisnisIndonesia.id.
Berikut ini highlight Bisnisindonesia.id, Minggu (7/5/2023):
1. Mendag RI-Mesir Jalin Kontrak Dagang Rp12,88 Triliun
Menteri Perdagangan (Mendag) Indonesia Zulkifli Hasan dan Menteri Perdagangan dan Industri Mesir Ahmed Samir Saleh menandatangani Join Trade Commitee (JTC). Pertemuan di Kairo, Mesir, Senin (15/5/2023) tersebut menghasilkan kontrak dagang senilai Rp12,88 triliun.
Zulkifli menerangkan bahwa kesepakatan perdagangan atau total transaksi bisnis dengan Menteri Perdagangan dan Industri Mesir Ahmed Samir Saleh mencakup kesepakatan perdagangan apical 300.000MT RBD palm oil senilai US$330 juta dan wilmar 480.000MT RBD palm oil senilai US$528 juta.
Sedangkan imbal dagang yakni mencakup PT PPI berupa kurma, anggur, dan delima senilai US$505.000 serta kontrak dagang on the spot senilai US$580.000. “Total US$859.085.000. equivalen Rp12,88 triliun,” katanya dikutip melalui keterangan pers.
JTC Indonesia–Mesir merupakan forum bilateral antara Indonesia dan Mesir yang bertujuan untuk mempromosikan dan meningkatkan kerja sama perdagangan kedua negara.
2. Laju Aset SWF Indonesia Dalam Investasi Ekuitas
Setelah dua tahun berdiri, INA yang merupakan lembaga pengelola investasi membukukan aset dalam jumlah besar. Aset INA per akhir 2022 menunjukkan peningkatan drastis dibandingkan saat pertama kali Sovereign Wealth Fund (SWF) Indonesia ini didirikan.
Didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 74/2020, INA mengawali kehadirannya berbekal modal awal Rp75 triliun
Penyetoran modal awal INA berupa dana tunai Rp15 triliun dilakukan pada Februari 2021. Selanjutnya, pemenuhan modal INA dilakukan secara bertahap.
Penambahan modal disetor dilakukan melalui pengalihan saham seri B milik Pemerintah Indonesia pada PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. senilai Rp44,99 triliun.
Kini, Indonesia Investment Authority (INA), yang didirikan pada akhir 2020 membukukan total aset Rp99,85 triliun.
3. Adu Tebal Premi Emiten Asuransi Umum
Premi industri asuransi umum tumbuh dobel digit. Meski pertumbuhan tersebut tergolong kuat, capaiannya masih di bawah kinerja pertumbuhan Februari.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat akumulasi premi asuransi umum tumbuh sebesar 12,87 persen year-on-year (YoY) pada kuartal I/2023 menjadi Rp33,66 triliun. Pada 2 bulan awal 2023 asuransi umum mampu tumbuh 27,56 persen. Sementara itu, asuransi umum mencatatkan tingkat risiko berbanding modal atau risk based capital (RBC) di atas 120 persen yaitu 315,79 persen.
“Meskipun RBC dalam tren yang menurun, RBC beberapa perusahaan asuransi dimonitor secara ketat namun secara agregat RBC industri asuransi masih berada di atas 120 persen,” ujar Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya Ogi Prastomiyono, dalam Konferensi Pers virtual Rapat Dewan Komisioner (RDK) Bulanan April 2023, akhir pekan lalu.
Saat kinerja asuransi umum tumbuh kuat, sejumlah emiten asuransi umum terpantau telah melaporkan kinerja sepanjang tiga bulan pertama 2023 namun dengan hasil bervariasi. Mereka di antaranya PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk. (TUGU), PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk. (ABDA), PT Asuransi Bintang Tbk. (ASBI), PT Lippo General Insurance Tbk. (LPGI), hingga PT Asuransi Maximus Graha Persada Tbk. (ASMI).
4. Sederet Katalis Penguji Emiten Batu Bara Menjaga Kekokohan
Variasi katalis menguji kekokohan emiten komoditas batu bara, mulai dari penurunan atau fluktuasi harga hingga pengurangan produksi dari China.
China dalam hal ini tengah menghentikan produksi sebanyak 50 juta ton batu bara setelah adanya kecelakaan mematikan. Meskipun analis menilai kondisi tersebut akan menjadi sentimen sesaat bagi emiten produsen batu bara seperti PT Adaro Energy Indonesia (ADRO) hingga PT Bumi Resources Tbk. (BUMI).
Selain itu, pertumbuhan energi bersih di Negeri Tirai Bambu tersebut juga pesat. Kondisi tersebut berpeluang menjadi tekanan jangka panjang terhadap harga batu bara dunia.
Menanggapi hal itu, kalangan pengusaha, Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu bara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia menilai berkurangnya produksi batu bara China tidak banyak berpengaruh terhadap batu bara Indonesia yang mayoritas merupakan jenis batu bara termal. Menurutnya, dalam jangka pendek harga batu bara termal diperkirakan masih akan terkoreksi.
5. BUMN Karya Masif Bidik Lelang Baru Proyek Ibu Kota Nusantara
Pembangunan megaproyek Ibu Kota Negara (IKN) tengah dikebut progresnya. Berdasarkan data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), progres pembangunan IKN mencapai sekitar 29 persen hingga pertengahan Mei 2023.
Saat ini, pemerintah tengah menyelesaikan pekerjaan proyek dari kontrak yang telah berjalan seperti Bendungan Sepaku dan intake Sepaku, Istana Negara, Kantor Presiden dan Kantor Kementerian Koordinator.
Pemerintah juga telah memulai pekerjaan beberapa kontrak baru proyek infrastruktur IKN Nusantara. Proyek tersebut yakni infrastruktur sistem penyediaan air minum (SPAM) dan instalasi pengolahan air (IPA) limbah.
Masifnya pembangunan proyek infrastruktur di IKN ini untuk dapat meyakinkan para investor menanamkan modalnya di IKN Nusantara. Dengan realisasi pembangunan di lapangan yang telah berjalan, nantinya akan menjadi acuan bagi para investor terkait dengan keseriusan pemerintah dalam pembangunan IKN Nusantara.