Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menkeu Negara-Negara G7 Ingatkan Risiko Ketidakpastian Global Akibat Krisis Utang AS

Komunike pertemuan menteri keuangan dan kepala bank sentral negara-negara G7 menyoroti ketidakpastian prospek global seiring kekhawatiran akan gagal bayar AS.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky berbicara kepada para pemimpin G7 melalui tautan video selama sesi kerja mereka di Kastil Elmau di Kruen, dekat Garmisch-Partenkirchen, Jerman, pada 27 Juni 2022/Istimewaw
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky berbicara kepada para pemimpin G7 melalui tautan video selama sesi kerja mereka di Kastil Elmau di Kruen, dekat Garmisch-Partenkirchen, Jerman, pada 27 Juni 2022/Istimewaw

Bisnis.com, JAKARTA – Para pemimpin keuangan negara anggota G7 meningkatkan risiko meningkatnya ketidakpastian ekonomi global akibat kebuntuan pagu utang Amerika Serikat (AS) dan dampak dari invasi Rusia ke Ukraina.

Para pemimpin keuangan negara G7 dalam pertemuan di Niigata, Jepang, menyoroti ketidakpastian prospek global dengan adanya kekhawatiran akan gagal bayar AS, yang telah dibayangi oleh tingginya inflasi dan kegagalan sejumlah bank di AS.

"Ekonomi global telah menunjukkan ketahanan terhadap berbagai guncangan, termasuk pandemi Covid-19, perang agresi Rusia terhadap Ukraina, dan tekanan inflasi," kata para pemimpin keuangan negara G7 dalam sebuah komunike, melansir Reuters, Sabtu (13/5/2023).

"Kita harus tetap waspada dan tetap lincah dan fleksibel dalam kebijakan makroekonomi kita di tengah ketidakpastian yang meningkat tentang prospek ekonomi global”.

Menteri Keuangan AS Janet Yellen pada Jumat lalu mengatakan bahwa dia akan bertemu dengan para bankir senior Wall Street pekan depan mengenai kemungkinan bahwa Washington gagal membayar utangnya untuk pertama kalinya sejak 1789.

"Jelas, kesulitan di negara dengan perekonomian terbesar di dunia akan berdampak negatif bagi semua orang," kata Presiden Bank Dunia David Malpass kepada Reuters di sela-sela pertemuan G7 pada hari yang sama.

Terkait masalah perbankan, komunike mengatakan bahwa para pembuat kebijakan akan mengatasi kesenjangan data, pengawasan, dan regulasi dalam sistem perbankan.

Para pemimpin keuangan G7 mempertahankan penilaian mereka di bulan April bahwa sistem keuangan global masih tangguh, berkat reformasi regulasi yang dibuat setelah krisis keuangan global 2008.

Terkait inflasi yang masih meningkat, bank-bank sentral G7 juga menekankan komitmen mereka terhadap stabilitas harga dan memastikan ekspektasi inflasi tetap terjaga dengan baik.

Kelompok ini kembali mengecam invasi Rusia ke Ukraina dan berjanji untuk memperkuat pemantauan transaksi lintas batas antara Rusia dan negara-negara lain.

China juga menjadi topik utama, yang mana para pemimpin G7 mendorong upaya-upaya untuk mendiversifikasi rantai suplai dan mengurangi ketergantungan mereka pada negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia ini.

Para pemimpin keuangan G7 menetapkan tenggat waktu akhir tahun untuk meluncurkan skema baru untuk mendiversifikasi rantai pasokan global dalam komunike mereka.

Skema baru ini memungkinkan G7 untuk menawarkan bantuan kepada negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah agar mereka dapat memainkan peran yang lebih besar dalam rantai suplai untuk produk-produk yang berhubungan dengan energi dan pengolahan komponen-komponen manufaktur.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper