Bisnis.com, JAKARTA - Aktivitas bisnis di Australia menguat pada April 2023 akibat adanya dukungan penjualan yang kuat dan kekuatan pasar tenaga kerja di tengah inflasi tinggi dan kenaikan suku bunga. Namun, tekanan biaya masih menjadi tantangan bagi perusahaan.
Berdasarkan dari Survei National Australia Bank Ltd (NAB) pada hari Senin (8/5/2023), kondisi bisnis pada bulan April turun dua poin menjadi 14 poin. Namun, poin ini masih jauh di atas rata-rata jangka panjangnya.
Kemudian indeks kepercayaan yang yang volatil meningkat menjadi 0 poin, dibandingkan pada bulan Maret yakni minus 1. Hal ini menunjukan bahwa jumlah perusahaan yang optimis dan pesimis sama banyak.
Kepala Ekonom NAB Alan Oster juga mengatakan bahwa permintaan masih kuat. Hal ini sesuai dengan kondisi perdagangan kerja yang meningkat dan lapangan kerja juga bertahan.
"Secara keseluruhan, survei menunjukkan ekonomi tetap tangguh. Kami terus memperkirakan pertumbuhan konsumsi akan melambat karena pengaruh tingkat yang lebih tinggi berdampak lebih lanjut pada rumah tangga, tetapi seberapa cepat dan seberapa tajam hal ini terjadi masih belum pasti." Jelas Oster, mengutip dari pemberitaan Reuters.
Adanya aktivitas bisnis yang menguat menjadi alasan Reserve Bank of Australia menaikkan suku bunga sebesar 3,85 persen, level tertinggi dalam 11 tahun, ketika pelaku pasar memperkirakan bank sentral akan melakukan jeda pengetatan.
Baca Juga
Pasar juga diketahui masih condong ke arah jeda pada bulan Juni, meskipun mereka memperkirakan kemungkinan kecil kenaikan suku bunga pada bulan Agustus.
Berdasarkan data lainnya, survei penjualan turun di bulan April turun sebanyak 4 poin menjadi 20 poin. Indeks ketenagakerjaan juga naik 1 poin menjadi 11, sedangkan profitabilitas berkurang 2 poin menjadi 11 poin. Indikator-indikator terdepan agak melemah, dengan pesanan turun 2 menjadi 1 poin.
Pertumbuhan biaya tetap menjadi tantangan, dengan ukuran biaya tenaga kerja stabil pada tingkat triwulanan 1,9 persen dan biaya pembelian meningkat menjadi 2,3 persen, dibandingkan dengan 1,9 persen pada bulan Maret.