Bisnis.com, JAKARTA - Inflasi inti Australia melambat dalam 3 bulan pertama 2023. Kondisi yang memberi dukungan pada Bank Sentral Australia atau Reserve Bank of Australia (RBA) menahan kenaikan suku bunga acuan setelah harga sejumlah komoditas terus turun.
Bank Sentral Australia menahan suku bunga acuan pada level 3,6 persen pada awal April 2023 lalu. Level suku bunga ini diyakini ekonom tetap dipertahankan dalam keputusan rapat awal Mei 2023 mendatang.
Dilansir dari Bloomberg pada Rabu (26/4/2023), Kepala ekonom di Royal Bank of Canada Su-Lin Ong mengatakan seiring data inflasi secara keseluruhan, tren disinflasi pada barang, dan kekuatan harga jasa yang tidak dapat dipengaruhi, RBA kemungkinan akan kembali menahan suku bunga acuan
"Karena itu, kami menghapus kenaikan 25 basis poin terakhir kami di bulan Mei dan berpikir bahwa siklus pengetatan ini kemungkinan besar telah selesai." tuturnya.
Sebelumnya, RBA telah secara agresif mengerek suku bunga acuan. Tercatat di negara benua itu terjadi kenaikan 10 kali kenaikan suku bunga acuan secara berturut-turut.
Data yang ada menunjukkan indeks harga konsumen alias inflasi bertengger pada level 7 persen, laju ini turun dari 7,8 persen pada periode sebelumnya.
Baca Juga
Meski para pembuat kebijakan di RBA diperkirakan akan mempertimbangkan untuk memperpanjang menahan suku bunga acuan, keputusan Federal Reserve (The Fed) pada pertemuan 2-3 Mei 2023 mendatang akan sangat berpengaruh.
Suku bunga acuan di Australia sendiri jauh di bawah tetangganya Selandia Baru yang berada pada level 4,75 persen. Sedangkan di AS, suku bunga acuan juga berada pada level 4,75 persen. Posisi ini menunjukkan keinginan RBA untuk mempertahankan kenaikan lapangan kerja yang dibuat selama pandemi.