Bisnis.com, INCHEON – Korea Selatan berjanji membangun rantai pasok untuk produk semikonduktor dan baterai yang kooperatif ke depan. Langkah lebih terbuka ini menyusul disrupsi yang terjadi baru-baru ini setelah aktivitas ekonomi bangkit kembali dari pandemi Covid-19.
Presiden Yoon Seok-yeol mengatakan fragmentasi rantai pasok global menjadi tantangan yang dihadapi dunia setelah pandemi. Pelebaran kesenjangan digital dan perubahan iklim setelah pandemi adalah tantangan lainnya.
"Korea, dengan teknologi produksi dan kapasitas manufaktur terbaik dunia di industri utama, seperti cip, baterai yang dapat diiisi ulang, dan industri bio, akan secara aktif mengambil bagian dalam membangun rantai pasok dengan negara-negara Asia," katanya saat membuka Pertemuan Tahunan Ke-56 ADB di Incheon, Korea Selatan, Rabu (3/5).
Korsel, lanjutnya, akan berbagi pengalaman pertumbuhan dengan negara-negara anggota di kawasan, dan secara aktif melakukan diplomasi kontribusi. Khususnya di bidang-bidang seperti perubahan iklim dan kesenjangan digital.
Pertemuan ADB di Korsel kali ini dilakukan dengan tatap muka skala penuh sekaligus menjadi yang digelar pertama kali sejak pandemi.
Dia mengatakan Korsel akan menjadikan 'Pusat Teknologi Iklim' yang didirikan bersama dengan ADB, menjadi platform di mana pemerintah dan perusahaan swasta berbagi teknologi, pengetahuan, dan jaringan serta sektor publik dan swasta memecahkan masalah bersama-sama.
Baca Juga
Yoon menekankan bahwa rencana tersebut didasarkan pada strategi Indo-Pasifik pemerintahannya, yang diumumkan selama KTT Asean November tahun lalu. Sebagai cetak biru kebijakan luar negeri regional pertama Korea, strategi Indo-Pasifik berupaya memperluas batas-batas diplomatik negara itu di kawasan, termasuk Asia Tenggara dan Oseania.
Menurutnya, konflik geopolitik, perang Ukraina, berpadu dengan fragmentasi rantai pasok global akibat penyebaran proteksionisme, menjadi tantangan baru.
"Namun, saya percaya bahwa Asia dapat secara efektif menanggapi tantangan ini melalui kerja sama, mengingat kawasan ini terdiri atas negara-negara dengan sumber daya mineral yang melimpah, kapasitas produksi yang luar biasa, teknologi mutakhir, dan tenaga kerja yang sangat terampil.”