Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak dunia turun sekitar US$2 per barel ke level terendah sejak akhir Maret. Anjloknya harga minyak karena adanya kemungkinan resesi yang mengurangi permintaan bahan bakar serta meningkatnya persediaan bensin di Amerika Serikat.
Melansir dari Reuters, Senin (24/4), harga minyak mentah Brent berjangka turun sebesar US$2,02 atau 2,4 persen, dan harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) berjangka turun sebesar US$1,87 atau 2,4 persen.
Kedua tolok ukur ini mengalami penurunan sebesar 2 persen pada hari sebelumnya dan berada pada level terendah sejak pengumuman pengurangan produksi OPEC+ yang mengejutkan.
Direktur Eksekutif Energi Berjangka di Mizuho Bob Yawger mengatakan salah satu alasan utama mengapa harga minyak terpuruk adalah ketakutan akan resesi.
"Pada akhirnya, salah satu alasan utama mengapa kita terpuruk adalah ketakutan akan resesi,” katanya dikutip dari Reuters, Senin (24/4/2023).
Hal ini juga didukung faktor kenaikan jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran minggu lalu, yang menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja AS sedang melambat.
Baca Juga
Sehingga kondisi tersebut mengindikasikan konsumsi bahan bakar akan menurun karena jumlah penduduk yang tidak bekerja akan berpotensi mengurangi permintaan bahan bakar.
Selain itu, persediaan bensin di AS juga meningkat secara tak terduga minggu lalu, yang dapat menekan harga minyak mentah.
Kenaikan stok bahan bakar biasanya menandakan penurunan permintaan dan dapat menyebabkan penurunan harga minyak mentah
Badan Informasi Energi AS melaporkan persediaan bensin naik secara tak terduga sebesar 1,3 juta barel pekan lalu menjadi 223,5 juta barel, sementara permintaan bensin tersirat turun 3,9 persen dari level tahun lalu menjadi 8,5 juta barel per hari.
Jim Ritterbusch dari konsultan Ritterbusch and Association menjelaskan meskipun penarikan stok minyak mentah EIA kemarin membawa pengaruh positif, namun kondisi itu mungkin hanya bersifat sementara.
“Penarikan stok minyak mentah oleh EIA sebesar lebih dari 4,5 juta barel memang terlihat positif, namun pengurangan tersebut sebagian besar terkait dengan peningkatan aktivitas ekspor minyak mentah. Kenaikan aktivitas ekspor ini dapat dengan mudah dibalik dalam laporan EIA minggu depan,” imbuhnya.
EIA merupakan singkatan dari Energy Information Administration. EIA adalah sebuah badan independen di Amerika Serikat yang bertanggung jawab untuk mengumpulkan, menganalisis, dan menyediakan data dan informasi tentang produksi energi, konsumsi, impor, ekspor, dan stok energi.
Para ekonom yang disurvei oleh Reuters pun memperkirakan Federal Reserve AS akan mengakhiri pengetatannya dengan kenaikan suku bunga akhir 25 basis poin pada Mei 2023.
Kenaikan suku bunga ini diharapkan dapat meredakan kekhawatiran tentang resesi yang dipicu oleh kenaikan suku bunga di negara konsumen minyak terbesar di dunia. Di Inggris, inflasi yang tinggi telah memicu ekspektasi kenaikan suku bunga Bank of England berlanjut.
Di sisi pasokan, menurut sumber perdagangan dan pengiriman dan menteri yang tidak disebutkan namanya mengatakan pemuatan minyak dari pelabuhan barat Rusia pada April kemungkinan akan naik ke level tertinggi sejak 2019.
Pakistan telah menempatkan pesanan pertamanya untuk minyak mentah Rusia yang didiskon di bawah kesepakatan baru yang dapat mencakup 100.000 barel per hari.