Bisnis.com, JAKARTA – Pejabat bank sentral AS Federal Reserve kembali menegaskan tekad mereka untuk menekan inflasi kembali ke target 2 persen.
Dilansir dari Bloomberg pada Selasa (18/4/2023), Presiden The Fed Richmond Thomas Barkin mengatakan bahwa ia ingin melihat lebih banyak bukti bahwa inflasi AS menurun kembali ke target bank sentral tersebut.
"Saya ingin melihat lebih banyak bukti bahwa inflasi kembali ke target kami," kata Barkin dalam sebuah diskusi audiensi di Richmond Association for Business Economics, Senin (17/4).
Sebelumnya, pejabat The Fed telah memperkirakan kenaikan suku bunga 25 basis poin lagi tahun ini. Pelaku pasar juga memperkirakan kemungkinan kenaikan suku bunga terakhir pada pertemuan kebijakan The Fed 3 Mei mendatang.
Meskipun laporan inflasi pekan lalu menunjukkan tanda meredanya tekanan inflasi, sebagian besar pejabat The Fed yang telah berbicara sejak saat itu menyoroti perlunya melakukan lebih banyak hal untuk mengembalikan inflasi ke target 2 persen.
Para pejabat memperkirakan median suku bunga the Fed mencapai 5,1 persen pada 2023, atau 25 basis poin lebih tinggi dari kisaran target suku bunga acuan Fed saat ini sebesar 4,75 persen – 5 persen.
Baca Juga
Ketika ditanya apakah tingkat suku bunga saat ini berisiko menekan pertumbuhan ekonomi, Barkin mengatakan bahwa level saat ini secara historis masih cukup normal, dengan pengecualian pada sebagian besar dekade terakhir, ketika suku bunga mendekati nol hingga The Fed memulai kampanye pengetatannya sekitar setahun yang lalu.
"Perekonomian kita berjalan dengan baik dengan suku bunga pada tingkat ini," kata Barkin.
Barkin bukan merupakan anggota dewan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang menetapkan suku bunga tahun ini.
Dot Plot Baru
Meskipun pejabat The Fed menekankan perlunya kesabaran dalam menilai apa arti kejatuhan Silicon Valley Bank bagi perekonomian AS, tidak ada banyak perubahan dalam retorika mereka tentang perlunya meredam tekanan harga.
"Saya cukup diyakinkan oleh apa yang saya lihat tetapi Anda tidak pernah ingin menyatakan kemenangan," kata Barkin mengenai respons regulator terhadap kejatuhan bank-bank AS.
Kekuatan tenaga kerja AS yang terus berlanjut telah mengejutkan para ekonom dan para pembuat kebijakan. Hal ini turut memberikan tekanan pada the Fed untuk terus menaikkan suku bunga. Para pejabat Fed yang berbicara minggu lalu menggarisbawahi tugas yang berat untuk mendinginkan inflasi tanpa menekan perekonomian ekonomi yang lebih luas.
Secara terpisah, Barkin mengatakan banyak negara lain yang tidak senang dengan dolar sebagai mata uang cadangan global karena AS telah "mempersenjatai" dolar melalui sanksi pada beberapa bisnis.
"Saya pikir seluruh dunia akan senang memiliki mata uang cadangan yang berbeda," katanya.