Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tepis Istimewakan China, Pemerintah Gandeng Eropa Kembangkan Baterai Kendaraan

Pemerintah meneken komitmen investasi hilirisasi nikel hingga produk baterai kendaraan dengan BASF dan Eramet.
Pekerja melakukan proses pemurnian dari nikel menjadi feronikel. /JIBI-Nurul Hidayat
Pekerja melakukan proses pemurnian dari nikel menjadi feronikel. /JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA — Duet perusahaan Jerman dan Prancis BASF & Eramet, bakal ikut meramaikan portofolio investasi global di sisi penghiliran bijih nikel menjadi baterai kendaraan listrik di Indonesia tahun ini. 

BASF, perusahaan yang bergerak di bidang kimia itu, telah menyampaikan komitmen investasi awal sebesar US$2,6 miliar atau setara dengan Rp38,34 triliun (asumsi kurs Rp14.748 per US$) kepada Presiden Joko Widodo dalam pertemuan bisnis di Hotel Kastens Luisenhoff, Hannover, Jerman, Minggu (16/04/2023), waktu setempat.

BASF bakal menggandeng perusahaan tambang sekaligus metalurgi multinasional Prancis, Eramet untuk membangun pabrik bahan baku baterai listrik di tahap prekursor pada akhir tahun ini.

Rencanannya pabrik itu bakal didirikan di Maluku Utara berdekatan dengan sejumlah pabrik pengolahan bijih nikel yang lebih dulu di sana. 

“Dalam pertemuan BASF menyampaikan minatnya untuk investasi di Maluku Utara dalam rangka pembangunan ekosistem baterai mobil kurang lebih investasinya sekitar US$2,6 miliar, [setara Rp38,34 triliun, kurs Rp14.748]” kata Menteri Investasi Bahlil Lahadalia dalam keterangannya usai pertemuan dikutip Senin (17/4/2023). 

Bahlil mengatakan duet perusahaan Eropa itu bakal menciptakan ekosistem hilir baterai listrik dengan menerapkan  praktik usaha yang memperhatikan aspek Environment, Social and Government (ESG)  dan menggunakan energi hijau.

“Akan memakai green energy, mereka rencanannya sampai dengan prekursor proses pembangunannya akan mulai dilakukan di akhir 2023 ini,” kata Bahlil. 

Selain itu, Jokowi juga mendapat komitmen investasi dari pabrikan Eropa lainnya yakni Volkswagen melalui pabrikan baterai setrumnya PowerCo. 

Rencanannya PowerCo bakal berinvestasi dengan menggandeng PT Vale Indonesia (INCO), produsen mobil Amerika Serikat Ford Motor Co serta Zhejiang Huayou Cobalt dari China untuk membangun ekosistem baterai setrum di Sulawesi Selatan. 

Selain itu, PowerCo juga bakal berinvestasi dengan portofolio lainnya bersama dengan Eramet dan Kalla Group untuk pengembangan ekosistem baterai listrik tersebut. 

Selanjutnya, PowerCo akan ikut bekerja sana dengan Merdeka Copper (MDKA) untuk penghiliran bijih nikel menjadi baterai listrik itu. 

“Ada yang langsung investasi di EV, ada yang menjamin pasokan bahan baku saya pikir ini momentum yang tepat untuk menyampaikan ke dunia bahwa Indonesia terbuka dalam rangka menarik investasi tidak hanya di benua Asia tapi juga Eropa,” kata Bahil.

Komitmen investasi tiga perusahaan Eropa itu, menurut dia, menjadi bentuk sikap pemerintah Indonesia untuk menerima serta mendorong penanaman modal yang inklusif di sisi penghiliran mineral tambang kritis di dalam negeri. 

“Sekaligus menganulir cara berpikir orang bahwa seolah-olah pengolahan tambang kita di Indonesia tidak memperhatikan kaidah-kaidah yang ada di standar internasional,” tuturnya.

Dia menambahkan kementeriannya bakal memastikan ketiga komitmen investasi perusahaan Eropa itu dapat terealisasi pada akhir tahun ini untuk mempercepat lini masa hilirisasi bijih nikel domestik menjadi baterai listrik. 

“Kita lihat Eropa sangat luar biasa sekali tapi kita harus akui geng Eropa dan Amerika Serikat dengan sistem aturan mereka yang menghendaki salah satu negara tidak terlibat saya pikir teman-teman sudah tahu itu sangat kuat sekali di sini,” kata dia.

Sebelumnya, Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko, mengatakan dua konsorsium mitra Indonesia Battery Corporation (IBC), Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co, Ltd. (CBL) dan LG Energy Solution (LG) masih bimbang untuk melanjutkan komitmen investasi penghiliran bijih nikel hingga baterai listrik di Indonesia.  

Hal itu diungkapkan Moeldoko seiring dengan implementasi Undang-Undang (UU) Penurunan Inflasi atau Inflation Reduction Act (IRA) yang diterbitkan pemerintah Amerika Serikat pada pertengahan tahun lalu.  

Selain itu, konsorsium CBL diketahui masih berdiskusi intensif dengan PT Aneka Tambang Tbk. (Antam) untuk mendapat hak eksklusif pengelolaan konsesi Antam di wilayah izin usaha pertambangan (IUP) Halmahera Timur, Maluku Utara. 

“Yang jelas LG sudah investasi besar di Amerika Serikat, yang [investasi] ke Indonesia melalui IBC itu dua-duanya masih bimbang,” kata Moeldoko saat ditemui di Waingapu, Rabu (12/4/2023) malam.  


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper