Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat laju inflasi pada Maret 2023 mencapai 4,97 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), turun signifikan jika dibandingkan dengan periode Februari 2023 yang mencapai 5,47 persen yoy.
Meski demikian, tekanan dari eksternal membuat bayang inflasi kembali meningkat. Tekanan itu dimulai dari keputusan aliansi negara pengekspor minyak (OPEC) memangkas produksi hingga 1 juta barrel dan mendorong harga kembali ke level US$100 per barrel. Kondisi ini selanjutnya diikuti kenaikan harga komoditas seperti CPO. Bahan baku minyak goreng dan produk lain seperti margarin.
Di Bursa Malaysia, pengiriman minyak sawit (FCPO) periode Juni 2023 mendaki ke level 3.935 ringgit Malaysia. Level harga ini melonjak 6,73 persen jika diukur sepekan terakhir. Sedangkan dari dalam negeri, permintaan konsumsi dari masyarakat yang menyambut momen Ramadan dan Idul Fitri 2023 turut mendorong kenaikan harga.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu menyampaikan bahwa berbagai upaya pengendalian harga pangan menjelang Ramadan yang dilakukan Pemerintah terbukti cukup efektif menurunkan inflasi pangan.
Dalam hal ini, peran Badan Pangan Nasional (Bapanas) kata Febrio juga sangat krusial, terutama dalam memastikan kecukupan dan ketersediaan pasokan berbagai bahan pangan pokok.
Hal ini tercermin dari inflasi harga pangan bergejolak atau volatile food yang mampu diturunkan secara signifikan dari sebelumnya 7,62 persen yoy pada Februari 2023 menjadi 5,83 persen yoy pada Maret 2023.
Baca Juga
Namun demikian, secara bulan ke bulan, Febrio mengatakan bahwa terjadi sedikit kenaikan harga pada beberapa komoditas pangan menjelang Ramadan seiring naiknya permintaan.
“Harga beras juga diharapkan akan melandai seiring masuknya periode panen raya yang mulai berlangsung sejak awal Maret lalu,” katanya dalam keterangan resmi, Selasa (4/3/2023).
Selain dari sisi pangan, perlambatan inflasi secara umum pada Maret 2023 juga didorong oleh melambatnya komponen inflasi inti, yaitu sebesar 2,94 persen yoy, lebih rendah dari inflasi inti Februari 3,09 persen yoy.
Inflasi kelompok harga yang diatur pemerintah atau administered prices pun tercatat melandai ke 11,56 persen yoy, melambat dari Februari yang mencapai 12,24 persen yoy, diantaranya dipengaruhi oleh penurunan tarif air PAM.
Di sisi lain, Febrio mengatakan bahwa pemerintah juga mengantisipasi risiko kenaikan harga minyak global dalam beberapa hari terakhir akibat kebijakan OPEC+ yang berencana untuk memangkas produksinya.
Di samping itu, pemerintah terus menjaga stabilitas harga jelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Ramadan dan Lebaran.
“Pemerintah Pusat dan Daerah akan terus memonitor harga dan ketersediaan pangan serta melakukan berbagai kebijakan intervensi, diantaranya melalui operasi pasar dan pasar murah bahan pangan pokok, serta memperkuat stok pangan dan kelancaran distribusi pasokan,” kata Febrio.
Untuk mengantispasi lonjakan inflasi, pemerintah juga memberikan tambahan bantuan sosial beras yang mulai bergulir pada akhir Maret yang diperkirakan mampu mengendalikan tekanan harga di pasar domestik dan menjaga akses pangan pokok masyarakat.
“Stabilitas harga pada masa HBKN menjadi kunci penting dalam menjaga ketahanan pangan dan daya beli masyarakat,” katanya.