Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Sentral Australia Tahan Suku Bunga Acuan 3,6 Persen

Ini alasan bank sentral Australia menahan suku bunga acuan di level 3,6 persen pada April 2023.
Papan pemberitahuan yang memperingatkan Kita semua bisa menjadi pembawa Covid-19 berada di tempat publik di Sydney, Australia, Selasa (27/7/2021). Setelah sebulan melakukan Lockdown, kasus harian Covid-19 di kota Sydney tidak menunjukkan tanda-tanda mereda. Bloomberg/Brendon Thorne
Papan pemberitahuan yang memperingatkan Kita semua bisa menjadi pembawa Covid-19 berada di tempat publik di Sydney, Australia, Selasa (27/7/2021). Setelah sebulan melakukan Lockdown, kasus harian Covid-19 di kota Sydney tidak menunjukkan tanda-tanda mereda. Bloomberg/Brendon Thorne

Bisnis.com, JAKARTA -  Bank Sentral Australia mempertahankan suku bunga acuan tetap di 3,6 persen pada pertemuan hari ini, Selasa (4/4/2023). 

Gubernur Bank Sentral Australia Philip Lowe mengatakan bahwa keputusan ini menyusul kenaikan kumulatif suku bunga sebesar 3,5 poin persentase sejak Mei tahun lalu. 

Menghadapi situasi ini, para dewan mengakui bahwa kebijakan moneter berjalan dengan lamban. Efek penuh dari kenaikan suku bunga yang substansial juga belum terasa. 

Kemudian, Dewan mengambil keputusan mempertahankan suku bunga tetap stabil di bulan ini, untuk memberikan waktu tambahan dalam menilai dampak dari kenaikan suku bunga saat ini dan juga prospek ekonomi. 

Berdasarkan pernyataan yang dirilis Bank Sentral tersebut, mengklaim bahwa Australia memiliki sistem perbankan yang kuat, memiliki permodalan yang baik dan sangat likuid. 

Berdasarkan indikator customer price index (CPI) bulanan, Australia diketahui telah mencapai puncak inflasi. Diperkirakan bahwa inflasi harga berang selama beberapa bulan ke depan akan moderat, harga sewa dan harga utilitas meningkat dengan cepat. 

Kemudian, berdasarkan perkiraan pusat, inflasi akan menurun di tahun ini dan tahun depan yakni sekitar 3 persen pada pertengahan 2025. Ekspektasi inflasi jangka menengah tetap terjangkar dengan baik dan penting untuk dipertahankan. 

Selama beberapa tahun ke depan, pertumbuhan ekonomi Australia diperkirakan berada di bawah tren. Hal ini lantaran adanya bukti lebih lanjut bahwa kombinasi dari suku bunga yang lebih tinggi, tekanan biaya hidup, dan penurunan harga rumah menyebabkan perlambatan substansial dalam belanja rumah tangga. 

Di sisi pasar tenaga kerja tetap masih ketat. Diketahui bahwa tingkat pengangguran mendekati level terendah dalam hampir 50 tahun, dan tingkat pengangguran yang tidak memadai cukup rendah. 

Lalu, pertumbuhan upah juga terus meningkat sebagai respons terhadap pasar tenaga kerja yang ketat dan inflasi yang lebih tinggi. Secara agregat, pertumbuhan upah masih konsisten dengan sasaran inflasi, dengan asumsi pertumbuhan produktivitas meningkat.

Namun mengenai pertumbuhan upah, dewan tetap waspada terhadap risiko spiral harga-upah. Oleh karena itu, perusahaan akan terus memperhatikan evolusi biaya tenaga kerja dan perilaku penetapan harga perusahaan.

Di akhir pernyataan, prioritas Dewan adalah mengembalikan inflasi ke kisaran target 2-3 persen sambil menjaga ekonomi tetap stabil. Namun, jalan untuk mencapai ‘pendaratan lunak’ tetap sempit. 

Dewan juga berharap bahwa pengetatan kebijakan moneter lebih lanjut mungkin diperlukan untuk memastikan bahwa inflasi kembali ke sasaran.

Lalu, dalam menilai kapan dan seberapa jauh tingkat suku bunga perlu dinaikkan, Dewan akan memperhatikan perkembangan ekonomi global, tren pengeluaran rumah tangga dan prospek inflasi dan pasar tenaga kerja.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper