Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kenaikan Pengeluaran Melambat, Penjualan Ritel Australia Lesu

Data Biro Statistik Australia yang dirilis Selasa (28/3/2023) mencatat penjualan ritel naik 0,2 persen pada Februari 2023.
Australia/pegipegi
Australia/pegipegi

Bisnis.com, JAKARTA - Penjualan ritel Australia melemah pada bulan Februari 2023 akibat pengeluaran rumah tangga yang mulai melambat. Hal ini merupakan respons terhadap suku bunga yang lebih tinggi dan meningkatkan kemungkinan bank sentral menghentikan kenaikan suku bunga.

Data Biro Statistik Australia yang dirilis Selasa (28/3/2023) mencatat penjualan ritel naik 0,2 persen pada Februari 2023 dari bulan sebelumnya, sesuai dengan perkiraan analis. Angka ini jauh di bawah pertumbuhan bulan Januari 2023 sebesar 1,8 persen.

Kepala statistik ritel ABS Ben Dorber mengatakan bahwa pengeluaran ritel datar hingga akhir 2022 dan pada awal tahun 2023. 

Perlambatan penjualan menunjukkan konsumen mulai menghadapi kenaikan suku bunga, yang memperkuat argumen agar bank sentral bertahan. Reserve Bank of Australia (RBA) telah menaikkan suku bunga sebesar 3,5 poin persentase sejak Mei 2022.

Callam Pickering, seorang ekonom di situs kerja global Indeed Inc. mengatakan bahwa pengeluaran ritel adalah ukuran aktivitas dan kepercayaan rumah tangga yang penting dan tepat waktu bagi pembuat kebijakan.

“Pertumbuhan ritel yang relatif lemah yang kami amati baru-baru ini menunjukkan bahwa biaya tekanan hidup dan respons RBA melalui suku bunga yang lebih tinggi mulai berdampak pada pola pengeluaran rumah tangga," tuturnya seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (28/3/2023). 

Meskipun pasar memperkirakan RBA akan mempertahankan suku bunga acuan di 3,6 persen, ekonom umumnya memperkirakan kenaikan 25 basis poin pada pertemuan kebijakan 4 April mendatang. Divergensi ini mencerminkan pandangan berbeda mengenai dampak tekanan perbankan global yang memperketat kondisi keuangan. 

Namun, Federal Reserve (The Fed) dan Bank of England pekan lalu terus melakukan pengengatan, dengan melihat inflasi sebagai ancaman yang lebih besar daripada risiko stabilitas keuangan. 

Kemudian, untuk angka ritel yang menunjukkan pengeluaran didorong oleh industri terkait makan, seperti kafe, restoran dan layanan makanan takeaway naik 0,5 persen, angka ritel makanan naik 0,2 persen, departemen store naik 0,6 persen yang diikuti oleh ritel pakaian, alas kaki, dan aksesori pribadi yang naik 0,6 persen.

Selanjutnya, ritel lainnya yang meliputi barang rekreasi, kosmetik dan produk alat tulis adalah salah satu-satunya industri yang turun sebesar 0,4 persen. Adapun barang-barang rumah tangga relatif tidak berubah. 

Bloomberg Economics juga memperkirakan adanya pelemahan pada tahun 2023. Hal ini terjadi karena dampak dari pengetatan kebijakan melewati anggaran rumah tangga. 

RBA juga memprediksi perlambatan belanja, dengan memperkirakan pertumbuhan konsumsi sebesar 1,7 persen pada akhir 2023, dari perkiraan kenaikan 5,5 persen pada 2022.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper