Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Energi, Perdagangan dan Industri (METI) Jepang berkomitmen penuh untuk membeli blue & green ammonia dari Indonesia seiring negara itu ingin meningkatkan porsi konsumsi energi bersih tersebut secara bertahap pada 2030 mendatang.
Direktur Kebijakan Perminyakan Departemen Sumber Daya Alam dan Bahan Bakar METI Masashi Watanabe mengatakan, kementeriannya tengah berupaya untuk meningkatkan rasio pemanfaatan amonia sebagai sumber energi bersih menjadi 60 persen pada 2030 mendatang. Selanjutnya, pemanfaatan blue & green ammonia itu diharapkan dapat menjadi 100 persen pada 2050.
Adapun, berdasarkan catatan METI, kebutuhan amonia sebagai sumber energi pada 2030 berada di kisaran 3 juta ton setiap tahunnya. Lewat kebijakan peningkatan konsumsi itu, pemanfaatan amonia sebagai alternatif energi di Jepang dapat naik ke kisaran 30 juta ton setiap tahunnya pada 2050 mendatang.
“Jadi kami memperkirakan permintaan amonia akan jadi 30 juta ton per tahun pada 2050. Sementara volumenya akan dipasok dari negara-negara yang kaya energi, seperti Indonesia,” kata Masashi saat acara Pupuk Indonesia Clean Ammonia Forum (PICAF), Jakarta, Kamis (30/3/2023).
Masashi menuturkan, kementeriannya telah menggunakan blue & green ammonia sebagai bahan bakar pendamping atau co-firing batu bara di sejumlah pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) mereka. Misalkan, dia mencontohkan, PLTU Hekinan saat ini telah menggunakan bauran amonia sebanyak 20 persen sebagai pendamping batu bara mereka. Angka itu ke depan bakal dikerek seiring dengan komitmen Jepang untuk beralih ke energi bersih.
“Co-firing dengan amonia relatif lebih efisien jika dibandingkan dengan energi baru terbarukan lainnya, amonia merupakan pilihan yang efektif dan efisien secara biaya di negara sejumlah negara Asia,” tuturnya.
Baca Juga
Seperti diberitakan sebelumnya, Wakil Menteri I Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Pahala Nugraha Mansury menargetkan inisiasi pabrik green & blue ammonia dari PT Pupuk Indonesia (Persero) dapat mulai berproduksi pada 2030 mendatang. Produksi sumber energi bersih dari pengolahan ammonia ini diharapkan dapat mencapai 3,09 juta ton.
Pahala berharap Pupuk Indonesia dapat mempercepat pembangunan pabrik green & blue ammonia tersebut untuk mengejar potensi pasar energi bersih yang makin tumbuh.
“Kami pikir permintaan untuk blue dan green ammonia akan tumbuh signifikan tergantung dari prediksi yang kita gunakan,” kata Pahala.
Adapun, volume perdagangan amonia saat ini mencapai 21 juta ton di seluruh dunia. Namun, pada 2030, volume perdagangan amonia untuk sumber energi diprediksi mencapai 30 juta ton.
Sementara berdasarkan hitung-hitungan International Renewable Energy Agency (IRENA), pasar green ammonia pada 2030 mendatang ditaksir dapat mencapai US$852 juta, jauh melebihi posisi pasar sepanjang 2019 yang berada di angka US$17 juta.
Selama rentang itu, IRENA mencatat, tingkat pertumbuhan tahunan majemuk atau compound annual growth rate (CAGR) untuk pasar green ammonia mencapai 43 persen.
Di sisi lain, IRENA memprediksi 12 persen dari konsumsi energi dunia bakal beralih ke hidrogen pada 2050 mendatang. Dengan demikian, Pahala meminta lusinan kesepakatan kerja sama yang telah dibuat Pupuk Indonesia bersama dengan mitra potensial dalam dan luar negeri dapat terealisasi tahun ini.
“Kami harap banyaknya MoU yang telah ditandatangani dapat diterjemahkan ke dalam pengembangan proyek yang signifikan,” tuturnya.
Berdasarkan peta jalan pengembangan, Pupuk Indonesia menargetkan penambahan produksi blue & green ammonia pada 2040 dan 2050 masing-masing di angka 4,45 juta ton dan 6,96 juta ton secara bertahap.