Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Apindo: Efisiensi Perusahaan Imbas Tekanan Pandemi dan Resesi

Apindo menilai perusahaan yang beorientasi ekspor terutama tujuan negara Eropa, Inggris, dan AS masih mengalami tekanan akibat pandemi dan resesi. 
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Haryadi Sukamdani mengatakan perusahaan yang beorientasi pada ekspor terutama tujuan negara Eropa dan Amerika Serikat masih mengalami tekanan akibat pandemi dan resesi. Bisnis/Triawanda Tirta Aditya
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Haryadi Sukamdani mengatakan perusahaan yang beorientasi pada ekspor terutama tujuan negara Eropa dan Amerika Serikat masih mengalami tekanan akibat pandemi dan resesi. Bisnis/Triawanda Tirta Aditya

Bisnis.com, JAKARTA – Beberapa perusahaan di sektor tertentu masih mengalami tekanan pasca pandemi Covid-19, yang diperparah dengan resesi ekonomi. Perusahaan tersebut berasal dari sektor yang berorientasi ekspor serta sektor padat karya seperti furnitur, sepatu, tekstil, dan fesyen/lifestyle

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Haryadi Sukamdani mengatakan perusahaan yang beorientasi pada ekspor terutama tujuan negara Eropa dan Amerika Serikat masih mengalami tekanan akibat pandemi dan resesi. 

“Justru sektor eskpor yang daerah tujuan negara yang saat ini negara yang ekonminya resesi, Eropa, Amerika, termasuk Inggris, masih tertekan. Yang lain masih relatif bagus,” kata Haryadi pada acara OCBC NISP Business Forum 2023, Selasa (21/3/2023). 

Akibatnya, perusahaan melakukan efisiensi, salah satunya dengan merampingkan organisasi usaha. Hal ini sangat disayangkan Apindo karena dilakukan oleh semua sektor. Namun, kata Haryadi, efisiensi tersebut dapat diimbangi dengan ekspansi meski secara terbatas. 

Haryadi menjelaskan beberapa ekspansi terbatas yang dapat dilakukan dan sudah dilakukan oleh beberapa perusahaan adalah digitalisasi. Jika membandingkan dengan sebelum pandemi, jumlah perusahaan yang belanja teknologi sudah lebih banyak. 

“Sebagian perusahaan juga lebih konservatif membelanjakan capex, sebagian lagi masih terjkendala modal kerja yang tergerus,” jelasnya. 

Efisiensi yang dilakukan harus memperhatikan tujuan akhir perusahaan yaitu EBITDA. Efisiensi dapat diukur dengan memperhitungkan resiko dan ekspansi terbatas yang dapat dilakukan. 

“Efisiensi dan ekspansi terbatas, harus seimbang yang penting adalah bagaimana tetap bisa tumbuh, efisiensi, inovasi dan diversifikasi produk, akan membentuk another income,” kata Haryadi.  

Di lain sisi, justru beberapa regulasi pemerintah menghambat kinerja perusahaan, seperti aturan cukai pemanis, cukai plastik dan pajak listrik. Beberapa sektor perusahaan yang dinilai masih terhambat regulkasi adalah sektor perikanan dan perusahaan yang bergerak di industri karet. 

Regulasi-regulasi seperti ini yang disebut Haryadi dapat menghambat pemulihan ekonomi Indonesia. 

“Banyak regulasi yang menjadi hambatan perusahaan berlari kencang. Bisnis F&B kok ada cukai pemanis, kok ada cukai plastik. Lalu ada aturan yang menerapkan pajak listrik,” imbuhnya. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Artha Adventy
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper