Bisnis.com, JAKARTA — Carclicks, mungkin sebagian dari Anda sudah akrab dengan nama perusahaan rintisan atau startup yang bergerak di layanan jual beli mobil itu. Sebagai salah satu pendatang baru di blantika perusahaan rintisan, Carclicks termasuk entitas yang mampu mendulang untung.
Founder Carclicks, Ary Satria (29 tahun) memberanikan diri mundur dari jabatannya sebagai Marketing Manager dan CRM di salah satu bisnis rintisan penginapan yang cukup popular pada 2021.
Dia memilih masuk dalam inkubasi bisnis dan akselerator startup Antler. Belum 2 tahun, kini dia menjalankan bisnis rintisan yang menghubungkan usaha kecil menengah (UKM) dealer mobil bekas dengan akses permodalan, sumber mobil, serta standardisasi pengelolaan dealer.
Dengan penjualan rerata 1.000-1.200 unit mobil per tahun, bisnis yang dijalankannya ini telah bertumbuh enam kali lipat dalam kurang dari 2 tahun dan langsung menghasilkan laba bersih.
"Ini bisnisnya simpel, saya adalah perusahaan yang bantu UMKM di sektor mobil bekas, UMKM fokus diler mobil bekas kecil di kota tier 2 dan 3, bantu dari sisi capital beli mobil, sumber pembelian mobil, dan sales management offline," ujarnya kepada Bisnis, Jumat (17/3/2023).
Menurutnya, menjalankan bisnis rintisan benar-benar soal prinsip. Dengan bermodalkan grand dari inkubasi bisnisnya sebesar US$150.000, kini dia mengelola dana hingga US$1 juta setara Rp15,3 miliar (kurs Rp15.300).
Jika dibandingkan dengan startup sejenis, tentu saja skalanya masih kecil. Namun, jalan profitabilitas yang diambilnya membuat bisnisnya lebih berkelanjutan meski banyak tantangan di tengah tech winter saat ini.
Dia mengakui sebenarnya bisa saja memilih jalur akselerasi dengan mengambil pendanaan yang lebih banyak dan mengandalkan pertumbuhan. Namun, ketika pertumbuhan yang dikejar, keberlanjutan bisnis menjadi pekerjaan rumah belakangan yang mesti dirampungkan.
"Dibandingkan dengan tidak profit, menjadi startup itu satu-satunya cara pendanaan rights issue. Namun, saya banyak pilihan, karena profit jadi bisa mengambil partner syariah seperti Alami, Bank BSI, dan family office. Dengan begitu, setiap ada penambahan diler bisa ditambah dengan penambahan financing partner," katanya.
Saat ini, dia mengelola 50 diler di sekitar kota Bandung, Jabodetabek, dan Kota Pontianak. Pada 2023, dia menargetkan pertumbuhan menjadi 120-150 diler. Dengan ekspektasi pertumbuhan bisnis lima kali lipat.
Dengan menyematkan target pertumbuhan yang masih cukup progresif serta hasil akhir yang masih mencatatkan untung, Ary memiliki mimpi besar mendapatkan pendanaan permanen melalui penawaran umum perdana saham alias initial public offering (IPO).
Dalam proyeksinya, setidaknya membutuhkan 3—5 tahun agar bisnis rintisannya bisa layak masuk papan akselerasi Bursa Efek Indonesia (BEI). Dengan kepercayaan diri pertumbuhan yang terukur, laba bersih yang terjaga, dia menapaki jalan profitabilitasnya sendiri.