Bisnis.com, JAKARTA - Anjloknya harga ayam ras di tingkat kandang berdampak eksistensi peternak mandiri yang semakin menyusut jumlahnya. Sebagian mereka menutup usaha, sebagian lagi beralih menjadi mitra perusahaan integrator.
Pengamat ekonomi pangan, Khudori, mengatakan fenomena masifnya protes peternak mandiri kepada pemerintah lantaran harga ayam rendah sudah terjadi bertahun-tahun silam.
Menurut Khudori, peternak skala UMKM sudah lama terombang-ambing oleh harga produksi yang selalu tak bisa dikontrol. Di sisi lain harga jual ayam tak menentu.
“Salah satu yang mereka tuntut brulang-ulang adalah pemisahan pasar. Peternak rakyat menjual di pasar becek/trasidional, dan integrator di pasar modern dengan rantai dingin. Tapi tuntutan itu sampai sekarang tidak beroleh respons memadai pemerintah,” kata Khudori kepada Bisnis, Selasa (14/3/2023).
Menurutnya, meski tuntutan peternak dikabulkan, tantangannya adalah pengawasan yang lemah. Dia menilai idealnya para peternak itu menyatu dalam wadah seperti koperasi.
“Nah, koperasi produsen ini berkolaborasi dengan petani jagung, perusahaan penyedia pakan skala kecil-menenga, perusahaan penyedia bibit ayam sehari [Day Old Chiken/DOC], dan berkolaborasi dengan pasar,” ujar pegiat Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) itu.
Baca Juga
Khudori mengatakan dengan cara tersebut, baik di sisi hulu dan hilir akan terhubung. Sebab, peternak mandiri tak terombang-ambing oleh faktor eksternal yang tak bisa sepernuhnya dikendalikan.
Sementara itu, di internal perusahaan integrator sendiri, Khudori menilai tidak seluruhnya fundamental bisnisnya baik.
“Coba saja cek kinerja sahamnya di BEI [Bursa Efek Indonesia]. Ini terkait pilihan bisnis, hulu-hilir. Bukan semata-mata skala produksi peternak kecil/rakyat vs integrator,” ungkap Khudori.
Sebelumnya, para peternak ayam menjerit akibat harga ayam mengalami penurunan walau di tengah peningkatan permintaan pasar. Mereka menilai salah satu biang keladi adalah permainan tak sehat dari korporat besar seperti Charoen Pokphand Tbk. (CPIN) serta Japfa Comfeed Tbk. (JPFA).
Akhirnya, puluhan peternak mandiri mendatangi kantor Komnas HAM pada Senin (14/3/2023) guna menyuarakan ketidakadilan itu. Dalam aksi demonstrasi, mereka juga menuntut pemerintah mengambil langkah mengatasi harga ayam hidup yang jatuh pada awal tahun ini.
Sebelum ke Komnas HAM, peternak juga telah melakukan beberapa kali demonstrasi ke Kemenko Perekonomian dan Kementerian Perdagangan. Namun, aspirasi yang disampaikan tak kunjung digubris.
Sebagaimana diperkirakan peternak, kerugian peternak ayam bisa menembus Rp3,2 triliun per tahun akibat anjloknya harga ayam di kandang.
Perhitungan itu berasal dari harga live bird (LB) berada di angka Rp15.000 per kg terutama di wilayah Jawa Tengah, yang merupakan pusat populasi ayam ras pedaging. Padahal, harga pokok produksi (HPP) sebesar Rp19.500-Rp20.000 per kg bertahan hingga saat ini.
Darmadi peternak asal Jawa Timur mengatakan, dengan kondisi tersebut peternak rakyat dan mandiri semakin berkurang jumlahnya. Di mana pada 2015 peternak rakyat per daerah ada sekitar 300 orang. Kini hanya tersisa 25-30 peternak rakyat per daerah.