Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Cabut dari Indonesia, JD.com Gelontorkan US$1,4 Miliar Gelar Diskon di China

JD.com menyiapkan dana sekitar 10 miliar yuan (US$1,4 miliar) untuk menjaring pengguna baru menjelang pemulihan ekonomi China tahun ini.
Lambang e-commerce JD.com/Bloomberg
Lambang e-commerce JD.com/Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Raksasa e-commerce China JD.com Inc. akan menawarkan diskon di seluruh platform belanja daringnya mulai hari Senin (6/3/2023).

Dilansir dari Bloomberg pada Sabtu (4/3/2023), JD.com menyiapkan dana sekitar 10 miliar yuan (US$1,4 miliar) dalam kampanye diskon ini untuk menjaring pengguna baru menjelang pemulihan ekonomi China tahun ini.

Kampanye ini telah memicu kekhawatiran bahwa saingannya yang lebih besar, Alibaba Group Holding Ltd. atau perusahaan baru PDD Holdings Inc. mungkin akan mengikuti dengan potongan harga dan memicu perang harga yang mengikis margin.

JD mengumumkan peluncuran rencana subsidi ini dalam sebuah pernyataan di akun WeChat resminya pada hari Sabtu (4/3/2023).

JD.com sendiri telah mengumumkan hengkang dari Indonesia melalui anak usahanya, JD.id yang menutup layanan secara permanen pada 31 Maret 2023.

Adapun, e-commerce tersebut bahkan telah berhenti menerima pesanan dari para pelanggan di Indonesia pada Rabu (15/2/2023).

Perusahaan-perusahaan internet di China meningkatkan upaya untuk bersaing satu sama lain sejak China mulai melonggarkan tindakan keras terhadap sektor teknologi. Hal ini memicu lonjakan persaingan dan membuat investor khawatir.

Perusahaan pengiriman makanan Meituan dikabarkan akan berekspansi ke Hong Kong dan telah memulai kampanye untuk mempekerjakan 10.000 orang di China daratan untuk memenangkan persaingan yang semakin ketat dari para pendatang baru seperti ByteDance Ltd.

Saham JD anjlok setelah berita potensi persaingan yang ketat muncul pekan lalu. Eksekutif Alibaba sejak saat itu menepis spekulasi bahwa mereka akan secara langsung melawan dengan memberikan diskon serupa.

Alibaba juga memperingatkan bahwa kembalinya perang harga seperti beberapa tahun yang lalu tidak akan menguntungkan siapa pun.

Pada tahun 2020, Beijing meluncurkan kampanye tindakan keras untuk mengendalikan tindakan ekspansi modal yang sembrono yang memengaruhi berbagai sektor, mulai dari e-commerce hingga pendidikan online.

Pemerintah telah mulai mencabut pembatasan sejak akhir 2022, dengan tujuan untuk menghidupkan kembali ekonomi dari pandemi Covid-19.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper