Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) optimistis lajuj inflasi Indonesia akan kembali ke level normal, yaitu 2-4 persen, pada akhir 2023.
Tekanan inflasi pada Februari 2023 menurun dibandingkan dengan periode bulan sebelumnya. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) menurun dari 0,34 persen secara bulanan (month-to-month/mtm) pada Januari 2023 menjadi 0,16 persen mtm pada Februari 2023.
Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Fadjar Majardi menyampaikan bahwa rendahnya inflasi pada Februari 2023 terutama didorong oleh penurunan inflasi kelompok inti dan harga bergejolak (volatile food).
“Perkembangan ini tidak terlepas dari pengaruh positif respons kebijakan moneter BI serta sinergi erat pengendalian inflasi antara BI dan pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan mitra strategis lainnya melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah [TPIP dan TPID], serta Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan [GNPIP] di berbagai daerah,” katanya dalam keterangan resmi, Rabu (1/3/2023).
Dengan perkembangan tersebut, inflasi IHK secara tahunan pada Februari 2023 tercatat tetap terkendali sebesar 5,47 persen (year-on-year/yoy), meski sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya yang mencapai 5,28 persen yoy.
“Ke depan, BI meyakini inflasi inti tetap berada dalam kisaran 3,0±1 persen pada semester I/2023 dan inflasi IHK kembali ke dalam sasaran 3,0±1 persen pada semester II/2023,” kata Fadjar.
Baca Juga
Dia mengatakan BI akan terus memperkuat pengendalian inflasi, termasuk melalui koordinasi dengan pemerintah guna memastikan berlanjutnya penurunan inflasi, termasuk pada periode Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN).
Lebih lanjut, Fadjar menyampaikan bahwa inflasi inti pada Februari 2023 tercatat sebesar 0,13 persen mtm, menurun dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,33 persen mtm.
Penurunan inflasi inti tersebut sejalan dengan isasi pola musiman awal tahun, khususnya dari komoditas kelompok perumahan. Secara tahunan, inflasi inti Februari 2023 tercatat sebesar 3,09 persen yoy, juga lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 3,27 persen yoy.
Inflasi kelompok harga bergejolak tercatat sebesar 0,28 persen mtm pada Februari 2023, lebih rendah dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya yang sebesar 1,40 persen mtm.
Perkembangan tersebut terutama dipengaruhi oleh komoditas daging ayam ras, telur ayam ras, dan cabai rawit. Secara tahunan, kelompok harga bergejolak mengalami inflasi sebesar 7,62 persen yoy, lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya yang sebesar 5,71 persen yoy.
Sementara itu, inflasi administered prices tercatat sebesar 0,14 persen mtm, meningkat dari realisasi bulan sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar 0,55 persen mtm.
Peningkatan ini dipicu oleh peningkatan harga rokok kretek filter dan rokok putih akibat kenaikan cukai tembakau. Secara tahunan, komponen administered prices mencatatkan inflasi sebesar 12,24 persen yoy, lebih rendah dari dengan inflasi bulan sebelumnya sebesar 12,28 persen yoy.