Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG) optimistis dengan kondisi ekonomi Indonesia, tercermin dari langkahnya menahan suku bunga acuan atau BI 7-Days Reverse Repo Rate (BI7DRR) di level 5,75 persen. Simak deretan optimisme BI terkait perekonomian RI.
Gubernur BI Perry Warjiyo menuturkan bahwa menahan suku bunga acuan tersebut sebagai langkah lanjutan untuk secara front loaded, pre-emptive, dan forward looking.
"Hal ini dilakukan untuk memastikan berlanjutnya penurunan ekspektasi inflasi dan inflasi ke depan," ungkap Perry dalam konferensi pers, Kamis (16/2/2023).
Dalam hasil RDG Februari 2023, BI menunjukkan optimismenya mengacu pada proyeksi pertumbuhan global yang terus membaik seiring dengan China yang mencabut kebijakan zero covid policy.
Keputusan BI dalam menahan suku bunga acuan sebelumnnya telah diramal oleh para ekonom. Berdasarkan hasil survei Bloomberg yang dipublikasikan pada Kamis, 16 Januari 2023, sebanyak 26 dari 28 ekonom memproyeksikan BI tidak menaikkan suku bunga, sementara 2 ekonom lainnya melihat ada potensi kenaikan 25 basis poin.
Berikut 6 kabar baik atau optimisme BI soal kondisi ekonomi Indonesia pada 2023
1. Pertumbuhan ekonomi global
BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi global berpotensi lebih tinggi dari prakiraan 2,3 persen sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi China berpotensi lebih tinggi dengan permintaan domestik yang meningkat sejalan pembukaan ekonomi China pascapenghapusan zero covid policy.
Meski demikian, BI masih memperkirakan perekonomian Amerika Serikat (AS) dan Eropa melambat dengan risiko resesi yang masih tinggi.
Sementara itu, inflasi global menurun secara gradual dipengaruhi perlambatan pertumbuhan ekonomi global dan perbaikan gangguan rantai pasokan. Inflasi yang melandai diperkirakan mendorong kebijakan moneter ketat di negara maju mendekati titik puncaknya.
2. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Tercatat, secara keseluruhan untuk 2022 ekonomi tumbuh 5,31 persen (year-on-year/yoy), jauh meningkat dari capaian tahun sebelumnya sebesar 3,70 persen (yoy).
Untuk tahun 2023, BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan cenderung bias ke atas dalam kisaran 4,5-5,3 persen. Kinerja ekspor berpotensi akan lebih tinggi dari prakiraan semula didorong oleh pengaruh positif perbaikan ekonomi China.
Konsumsi rumah tangga akan tumbuh tinggi seiring dengan tidak adanya lagi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Investasi membaik didorong perbaikan prospek bisnis, peningkatan aliran masuk Penanaman Modal Asing (PMA), serta penyelesaian Proyek Strategis Nasional (PSN) yang berlanjut.
3. Inflasi
Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Januari 2023 tercatat 0,34 persen (month-to-month/mtm) atau 5,28 persen (yoy), menurun dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya sebesar 5,51 persen (yoy). Terlihat tekanan inflasi berlanjut turun dan lebih rendah dari perkiraan sebelumnya.
Penurunan tersebut didorong oleh inflasi inti dan administered prices yang menurun serta inflasi bahan pangan bergejolak (volatile food) yang terjaga.
“Ke depan, BI meyakini inflasi inti tetap berada dalam kisaran 3,0±1 persen pada semester I 2023 dan inflasi IHK kembali ke dalam sasaran 3,0±1 persen pada semester II 2023. BI akan terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah guna memastikan penurunan dan terkendalinya inflasi tersebut,” ungkap Perry.