Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bos IBC Ungkap Alasan Harga Mobil Listrik di Indonesia Mahal

Indonesia Battery Corporation (IBC) berharap pemerintah dapat segera mengimplementasikan rencana pemberian subsidi untuk pembelian kendaraan listrik tahun ini. 
Ilustrasi kendaraan listrik. /Freepik
Ilustrasi kendaraan listrik. /Freepik

Bisnis.com, JAKARTA — Penyebab mahalnya harga mobil listrik di Indonesia disebut karena belum adanya pabrikan baterai serta insentif yang mendukung di dalam negeri.

Direktur Utama PT Industri Baterai Indonesia atau Indonesia Battery Corporation (IBC) Toto Nugroho mengatakan, kondisi itu membuat harga jual mobil listrik di dalam negeri terpaut jauh dari harga yang ditawarkan di luar negeri. 

“Misalkan kita bandingkan gampangnya Ioniq 5 di Indonesia dengan di Korea, baterainya sendiri diproduksi di Korea, biaya pengirimannya praktis kecil,” kata Toto saat rapat panitia kerja (Panja) Transisi Energi ke Listrik Komisi VI DPR RI, Jakarta, Rabu (15/2/2023).

Di sisi lain, Toto menambahkan, insentif yang disiapkan sejumlah negara jauh lebih signifikan untuk menekan harga jual mobil setrum di pasar mereka masing-masing. Bantuan pemerintah itu berhasil turut mendorong pembelian dan manufaktur yang masif untuk mobil listrik saat ini. 

“Amerika dengan Inflation Reduction Act [IRA], mereka kalau tidak salah per mobil itu dapat subsidi US$8.000, ini yang membuat pembedaan,” tuturnya. 

Dia berharap pemerintah dapat segera mengimplementasikan rencana pemberian subsidi untuk pembelian kendaraan listrik roda dua dan empat tahun ini. 

Bantuan itu diharapkan dapat ikut menciptakan pasar yang kompetitif bagi pengembangan investasi dan manufaktur kendaraan listrik di Indonesia. 

Scale of mass-nya bisa mendorong ini, perlu di awal didorong oleh pemerintah,” tuturnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, penetrasi mobil listrik di Indonesia masih terhambat oleh daya beli masyarakat yang disebut masih belum sepadan dengan harga produk yang ditawarkan. Hal serupa juga mengganjal proyek elektrifikasi sektor transportasi. 

Project General Manager Toyota Daihatsu Engineering & Manufacturing Co., Ltd. Indra Chandra Setiawan mengungkapkan, meskipun Indonesia masih menjadi pasar terbesar di kawasan Asean, dari sisi daya beli masih di bawah Thailand dan Malaysia. 

"Secara market Indonesia paling besar, tapi secara kontribusi PDB masih di bawah dari negara tetangga, seperti Thailand dan Malaysia. Artinya, penetrasi di Indonesia tidak sekuat negara dengan buying power baik," ujarnya kepada Bisnis, Kamis (27/10/2022).

Daya beli konsumen otomotif domestik, sambung Indra, masih di kisaran Rp200-Rp300 juta. Sebaliknya, harga mobil listrik mayoritas berada di kisaran Rp720 juta sampai dengan Rp1,4 miliar.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper