Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah melalui Kementerian BUMN terus membujuk LG Energy Solution (LG) agar melanjutkan konsorsium baterai kendaraan listrik mulai pengolahan bijih nikel hingga manufaktur.
Wakil Menteri I BUMN Pahala N. Mansury menegaskan kementeriannya masih terus berdiskusi lebih lanjut dengan konsorsium LG Energy Solution (LG) untuk tetap terlibat dalam usaha patungan penghiliran bijih nikel hingga pabrikan baterai listrik Indonesia Battery Corporation (IBC).
Sikap itu disampaikan Pahala menyusul niat LG untuk mundur dari investasi di sisi penghiliran prekursor, katoda, sel baterai hingga daur ulang dalam Proyek Titan yang menjadi bagian usaha patungan bersama IBC.
“Kita masih terus diskusi dengan mereka. Insyaallah akan lanjut,” kata Pahala kepada Bisnis, Selasa (7/2/2023).
Pahala menggarisbawahi diskusi serta negosiasi terkait masih tetap dilanjutkan dengan konsorsium. Dia berharap LG tetap melanjutkan rencana investasi mereka pada penghiliran bijih nikel bersama dengan IBC tahun ini.
Hanya saja, dia enggan menerangkan penyebab mandeknya negosiasi LG di sisi hilir usaha patungan baterai setrum tersebut. Belakangan LG disebutkan ingin mundur dan meminta rekanan mereka, Huayou Holding untuk melanjutkan investasi sebatas pada pembangunan smelter.
Baca Juga
“Kami dapat informasi dari Aneka Tambang [Antam] bahwa LG itu masih belum jelas statusnya, tapi LG mendorong anggota konsorsiumnya Huayou untuk melanjutkan diskusi dan negosiasi,” kata Direktur Utama MIND ID Hendi Prio Santoso saat rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VII, Senin (6/2/2023).
Kendati demikian, Hendi menilai negosiasi yang berlanjut bersama dengan Huayou itu belakangan tidak seimbang sebagaimana kesepakatan yang tertuang dalam perjanjian usaha patungan awal.
Dia beralasan rekanan konsorsium LG itu tidak memiliki keahlian serta pengalaman untuk pabrikan baterai setrum. Alasannya, portofolio Huayou lebih banyak pada pengembangan smelter.
“Kami masih menginginkan adanya konsorsium yang lengkap sampai ke EV manufacturer-nya, sedangkan Huayou kan bergerak hanya di pengembangan smelter,” tuturnya.
Adapun pengembangan industri baterai kendaraan listrik IBC bersama dengan konsorsium CBL dan LG ditargetkan efektif pada triwulan pertama tahun ini. Antam baru saja melaksanakan spin off segmen bisnis nikel mereka senilai Rp9,8 triliun untuk dua anak usaha hasil joint venture dengan konsorsium tersebut.
Adapun dua anak usaha itu, PT Nusa Karya Arindo (NKA) dan PT Sumberdaya Arindo (SDA) akan mengelola sebagian wilayah izin usaha perseroan di Halmahera Timur, Maluku Utara untuk penambangan nikel kelas satu jenis mixed hydroxide precipitate (MHP) atau mixed sulphide precipitate (MSP) sebagai bahan baku precursor dan katoda baterai kendaraan listrik.
Harapannya, kedua proyek pengembangan industri baterai kendaraan listrik itu dapat memasuki masa produksi atau commercial operation date (COD) pada triwulan ketiga 2024.
Sebelumnya, Direktur Utama IBC Toto Nugroho mengatakan total investasi dari dua konsorsium itu mencapai sekitar US$14 miliar atau setara dengan Rp214,88 triliiun, kurs Rp15.349. Perinciannya, Proyek Titan yang dikerjakan Konsorsium LG berinvestasi sekitar US$8 miliar atau setara dengan Rp122,79 triliun. Sisanya, Proyek Dragon yang dikerjakan Konsorsium CBL mengambil porsi investasi US$6 miliar atau setara dengan Rp92,48 triliun.
“Investasi paling besar di pengerjaan RKEF (Rotary Kiln-Electric Furnace) dan HPAL (High Pressure Acid Leaching) sekitar US$5 miliar terus baterai sel hampir US$4 miliar,” kata Toto saat acara Investor Daily Summit 2022 di Jakarta Convention Center, Selasa (11/10/2022).