Bisnis.com, JAKARTA - Ketua Federal Reserve atau The Fed Jerome Powell menyambut terjadinya situasi disinflasi di Amerika Serikat (AS). Pasar keuangan pun memprediksi perang bank sentral terhadap inflasi di Negeri Paman Sam hampir berakhir.
Dilansir dari Reuters pada Jumat (3/2/2023), Jerome Powell tercatat menyebutkan kata disinflasi sebanyak 15 kali selama konferensi The Federal Open Market Committee (FOMC) yang berlangsung selama 45 menit pada Rabu (1/2/2023).
Hal tersebut menjadi perhatian setelah hanya satu penyebutan dalam konferensi pers sebelumnya atau sejak awal kenaikan suku bunga Fed Maret 2022.
Tapi apa sebenarnya arti disinflasi itu, dan mengapa itu disambut baik oleh The Fed dan pasar keuangan AS?
Disinflasi vs Inflasi
Untuk memahami disinflasi, akan sangat membantu untuk terlebih dahulu memahami apa yang dimaksud oleh bank sentral dengan inflasi.
Inflasi adalah kenaikan harga, termasuk untuk kategori barang dan jasa.
Bank sentral secara global cenderung menargetkan inflasi tahunan 2 persen (The Fed secara resmi mengadopsi target 2 persen pada 2012).
Namun, realitanya tidak berarti bahwa harga semuanya naik 2 persen, beberapa barang mungkin naik lebih tajam, dan yang lain bahkan mungkin turun harganya.
Jika secara keseluruhan rumah tangga biasa mengkonsumsi hampir sama seperti tahun lalu dan membayar hanya 2 persen lebih banyak untuk itu, hal tersebut dianggap cukup rendah sehingga mereka tidak perlu terlalu khawatir tentang hal inflasi dalam perencanaan sehari-hari.
Namun, kondisi tersebut cukup untuk memberikan ruang bagi bank sentral untuk melawan kemerosotan ekonomi dengan pemotongan suku bunga.
Hal yang menjadi masalah adalah ketika laju inflasi berjalan lebih tinggi dari target bank sentral. Kondisi itu bisa menjadi masalah besar bagi perekonomian.
Masalahnya bukan hanya karena konsumen atau perusahaan tidak suka membayar lebih mahal untuk barang sehari-hari, tapi bisa berubah menjadi lingkaran setan.
Sebagai gambaran, pekerja menemukan bahwa dengan harga yang lebih tinggi, gaji mereka justru stagnan. Imbasnya, mereka menuntut upah yang lebih tinggi kepada perusahaan.
Untuk mencegahnya, bank sentral menaikkan suku bunga, yang membuat pinjaman lebih mahal dengan tujuan menahan pengeluaran. Keputusan tersebut menciptakan inflasi. Itulah yang dilakukan The Fed, serta sebagian besar bank sentral di seluruh dunia, saat ini.
Ketua The Fed Jerome Powell. Dok Reuters