Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sejarah Coworking Space di Indonesia, Pertama Kali Hadir di Daerah Ini

Bisnis coworking space sempat melambung sebelum pandemi Covid-19, tapi kini mulai meredup. Lantas, bagaimana sejarah kemunculan coworking space di Indonesia?
Ruang kerja bersama (coworking space) Greenhouse di Kuningan, Jakarta./dok. Greenhouse
Ruang kerja bersama (coworking space) Greenhouse di Kuningan, Jakarta./dok. Greenhouse

Bisnis.com, JAKARTA - Ruang kerja bersama atau coworking space sempat menjadi tren di kalangan pelaku usaha di Indonesia. Tren tersebut bahkan menjadi peluang bisnis baru di sektor perkantoran.

Berdasarkan catatan Bisnis pada 2018 lalu, Ketua Asosiasi Coworking Space Indonesia, Faye Alund, menerangkan coworking space pertama kali muncul di Bandung pada 2010 dengan nama Hackerspace yang dirintis oleh Yohan Totting sebagai ruangan untuk para pekerja IT.

"Jadi, 2010 itu pertama kali coworking space ada di Bandung, itu ada hackerspace. Itu mereka pekerja IT sewa rumah, kerja bareng, meskipun tampilannya tidak cakep tapi awal mulanya coworking space ya begitu," kata Faye pada 2018 lalu.

Coworking space memiliki ciri sebagai arena dan ruang bagi komunitas untuk mengembangkan ide dan kreativitas. Ruangan tersebut terbilang umum dan tidak memiliki identitas tertentu sebagai perusahaan atau pekerja.

Tak heran jika pada mulanya coworking space identik untuk para freelancer dan pelaku industri digital ataupun entrepreneur. Yohan Totting pun, memulai coworking space ketika dia masih menjadi freelancer yang bekerja tanpa tempat kerja yang pasti dari rumah, kafe, atau warung kopi.

Suatu ketika, Yohan menghadiri undangan Seedcamp di Singapura. Dia pun berkunjung ke area Hackerspace yang saat ini merupakan coworking space paling sukses di negara tersebut. Kekaguman Yohan mendorongnya untuk merancang coworking space di Indonesia bersama teman-temannya.

Setelah muncul pertama kali Hackerspace Bandung, ruangan tersebut akhirnya muncul di berbagai wilayah seperti Surabaya, Yogyakarta, Medan dan kota besar lainnya meski tidak semua berjalan lancar.

Menurut Asosiasi Coworking Space Indonesia, konsep coworking space sebenarnya memberikan ruang interaksi dengan pihak lain di luar institusi atau perusahaan. Dengan perbedaan perspektif dan transfer ilmu maka akan potensi melahirkan kolaborasi lintas perusahaan.

"Jadi ini bukan hanya untuk millenials, tetapi bagi siapapun yang sudah lahir dan berkembang pada era internet. Coworking space itu tidak hanya untuk ruang interaksi bagi orang ekstrovert, tetapi juga menjawab kebutuhan ruang kerja orang introvert," tambahnya.

Dia menyamakan kehadiran coworking space dengan fenomena kehadiran tempat gym. Awalnya, orang berpikir, tidak perlu pergi ke gym karena bisa olahraga di lingkungan rumah.

Namun, lambat laun bisnis gym ramai peminat karena tawaran untuk berkomunitas antar sesama anggota yang ingin olah raga. Mereka juga memiliki kegiatan olah raga bersama yang menstimulus orang untuk bergabung dan mendorong ekspansi bisnis gym.

"Jadi yang terpenting dari coworking space itu infrastruktur dan ekosistemnya," kata Faye.

Faye menyebut, infrastruktur fisik terpenting di coworking space antara lain ada listrik dan internet. Namun dua hal itu juga bukan faktor utama. Iklim dari coworking space sangat menentukan tingkat kenyamanan anggota coworking space.

Pada 2018 lalu, pihaknya menyebutkan ada sekitar 220 coworking space yang ada di 44 kota termasuk kota-kota kecil seperti Kediri, Demak dan Madiun. Untuk diketahui, Asosiasi tersebut terbentuk pada tahun 2016, saat itu baru ada 60 unit, tahun 2017 naik 3 kali lipat menjadi 180. 

Coworking space paling banyak berada di Jakarta, sedangkan 80 persen coworking space berada di Jawa. Tren coworking space disebut dapat menggerakkan ekonomi digital. Bukan hanya untuk digital startup, tapi untuk creative hub ataupun creative spaces.

Coworking space yang paling sukses saat ini yaitu Hubud (Hub in Ubud) di Bali yang didirikan oleh 3 ekspatriat yaitu Peter Wall, John Alderson, dan Steve Munroe. Sementara itu, coworking pertama di Jakarta yaitu Comma yang berdiri pada 2012, tapi tutup pada 2016.

Comma diluncurkan oleh tujuh tokoh terkemuka di kancah wirausaha seperti Rene Suhardono (pelatih karier dan pendiri ImpactFactory), Yoris Sebastian (pendiri creative konsultasi OMG), dan Dondi Hananto (pendiri wujudkanID).

Prospek Coworking Space

Bisnis coworking space masih berada diujung tanduk seiring dengan menurunnya permintaan ruang kantor di wilayah Jakarta. Beberapa perusahaan bahkan terpaksa menutup bisnisnya.

Salah satunya PT Evi Asia Tenggara dengan merek dagang Cohive yang ditetapkan pailit. Penetapan Cohive pailit ditetapkan pada 18 Januari 2023 di Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

PT Evi Asia Tenggara beralamat di Gedug Cohive 101 lantai 3, Jakarta Selatan. Perusahaan ini sebelumnya sudah berstatus PKPU pada September 2022 lalu. 

"Menyatakan termohon PKPU dalam keadaan pailit dengan segala akibat hukumnya terhitung sejak putusan ini diucapkan," tertulis dalam pengumumannya.

Di sisi lain, tak sedikit iklan bangunan kantor atau ruko dijual terpampang di sejumlah platform jual beli properti online. Di situs Lamudi.co.id, ruang kantor 2 lantai di Tebet, Jakarta Selatan dijual dengan harga Rp3,1 miliar.

Gedung SOHO (small office, home office) tersebut memiliki luas bangunan sebesar 97 meter persegi dan termasuk perabotan di dalamnya. Selain itu, gedung kantor 5 lantai di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan dijual dengan harga Rp75 miliar dengan luas 1.318 meter persegi.

Tak hanya dijual, dikutip dari Rumah123.com, ruang kantor Plaza Marein disewakan dengan harga Rp36,3 juta per bulan untuk total gedung keseluruhan. Ruang kantor ini memiliki luas 23 meter persegi dengan kondisi full furnished.

Ketua Perhimpunan Pengusaha Jasa Kantor Bersama Indonesia (PERJAKBI) atau Indonesia Workspace & Digital Startup Accelerator Association, Anthony Leong, menyampaikan bahwa di 2023 ada sejumlah tantangan bagi penyedia jasa ruang kantor.

Beberapa penyewa kantor diperkirakan tidak memperpanjang lagi kontraknya pada 2023. Selain itu ada juga berbagai proyek gedung dan perkantoran yang nantinya akan selesai di 2023, sehingga hal ini menjadi tantangan besar bagi para pengusaha properti khususnya jasa penyewaan kantor atau gedung.

Head of Office Leasing Advisory JLL Indonesia, Angela Wibawa, menilai tren penurunan permintaan ruang kantor tidak dapat diartikan dengan ancaman pailit untuk seluruh bisnis coworking space, sebab okupansi di sejumlah lokasi masih cukup baik.

"Menurut saya, coworking space masih dibutuhkan tapi itu juga tergantung dengan cara mereka berekspansi mereka tempati," kata Angela dalam agenda Jakarta Property Market Overview Q4 2022.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper